DOKUMEN MANBA'UL ULUM

DOKUMEN MANBA'UL ULUM
sejarah pengarsipan

Minggu, 18 Desember 2011

mukjizat al-qur'an


BAB I
PENDAHULUAN


  1. LATAR BELAKANG
Mukjizat di definisikan oleh para agama islam, antara lain, sebagai suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi. Sebagai bukti kenabiannya yang di tantangkan kepada orang-orang yang ragu. Untuk melakukan ataun mendatangkan hal serupa, tetapi mereka tidak mampu melayani tantangan itu. dengan redaksi yang berbeda mukjizat di definisikan pula sebagai sesuatu luar biasa yang diperlihatkan Allah melalui para nabi dan rosulNya. Sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerosulanNya.

  1. RUMUSAN MAKALAH
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
  1. Apa pengertian dari mukjizat.
  2. Dibagi menjadi berapakah mukjizat itu.
  3. Perbedaan pendapat yang seperti apa dari kalangan para ulama’ tentang mukjizat.

  1. TUJUAN
Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut.
  1. Mengetahui tentang pengertian mukjizat.
  2. Mengetahui pembagian dari mukjizat.
  3. Mengetahui keperbedaan pendapat dari para ulama’

BAB II
PEMBAHASAN
MUKJIZAT AL-QUR’AN

  1. PENGERTIAN MUKJIZAT

Kata mukjizat di ambil dari kata bahasa arab “ a’jaza – I’jaz “ yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya ( yang melemahkan ) dinamakan “ mukjiz “ dan pihak yang mampu melemahkan pihak lain sehingga mampu membungkamkan lawan, di namakan mukjizat. Tambahan ta’ marbuthah pada ahir kata itu mengandung makna mubalaghah ( superlative ).1

Mukjizat di definisikan oleh para agama islam, antara lain, sebagai suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi. Sebagai bukti kenabiannya yang di tantangkan kepada orang-orang yang ragu. Untuk melakukan ataun mendatangkan hal serupa, tetapi mereka tidak mampu melayani tantangan itu. 2 dengan redaksi yang berbeda mukjizat di definisikan pula sebagai sesuatu luar biasa yang diperlihatkan Allah melalui para nabi dan rosulNya. Sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerosulanNya. 3
Manna’ Al Qaththan mendefinisikan demikian.

امر خارق للعادة مقرون بالتحدّي سالم عن المعارضة.
Artinya : “ suatu kejadian yang keluar dari kebiasaan, disertai dengan unsur tantangan, dan tidak akan dapat di tandingi. “4
Unsur yang terdapat pada mukjizat, sebagaimana di jelaskan oleh Quraish Shihab, adalah seperti berikut ini. 5
  1. Hal atau peristiwa yang luar biasa
Peristiwa-peristiwa alam, misalnya yang terlihat sehari hariwalaupun menakjubkan, tidak dapat dinamakan mukjizat, karena hal itu merupakan sesuatu yang biasa. Yang dimaksud dengan luar biasa adalah sesuatu yang berbeda di luar jangkauan sebab dan akibat yang di ketahui secara umum hukum-hukumnya. Dengan demikian, misalnya, hipnotisme atau sihir, walaupun sekilas terlihat ajaib atau luar biasa, karna dapat di pelajari,

  1. Terjadi atau dipaparkan oleh seorang yang nengaku nabi.
Tidak mustahil terjadi hal-hal diluar kebiasaan pada diri siapapun. Namun, apabila bukan dari seorang yang mengaku nabi, hal itu tidak dimanakan mukjizat. Suatu yang luar biasa terjadi pada diri seseorang yang kelak bakal menjadi nabipun tidak dinamakan mukjizat, tetapi irhash. Tidak juga terjadi pada seseorang yang taat dan dicintai allah, hal seperti itu dinamakan karamah atau kekeramatan. Yang bahkan tidak mustahil terjadi pada seseorang yang durhaka kepada allah. Yang terahir dinamakan ihanah ( penghinaan ) atau istidraj ( rangsangan untuk lebih durhaka lagi ).

  1. Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian.
Tentusaja tantangan ini harus bersamaan dengan pengakuannya sebagai nabi, bukan sebelum atau sesudahnya. Disisi lain, tantangan tersebut harus merupakan sesuatuyang sejalan dengan ucapan sang nabi. Kalau misalnya ia berkata “ batu itu dapat berbicara “ tetapi ketika batu itu berbicara, dikatakannya bahwa, sang penantang berbohong maka keluarbiasaan itu bukan mukjizat. Tetapi ihanah ( penghinaan ) atau istidraj ( rangsangan untuk lebih durhaka lagi ).



  1. Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani.
Bila orang-orang yang ditantang berhasil melakukan hal yang serupa, ini berarti pengakuan sang penantang tidak terbukti. Perlu digarisbawahi disini bahwa kandungan tantangan harus benar-benar di pahami orang orang yang di tantangbahkan untuk lebih membuktikan kegagalan mereka.
Al-Qur’an di gunakan oleh nabi Muhammad SAW. Untuk menantang orang-orang pada masa beliau dan generasi sesudahnya yang tidak percaya akan kebenaran Al-Qur’an sebagai firman Allah ( bukan ciptaan Muhammad ) dan tidak percaya akan risalah nabi Muhammad SAW. Nabi meminta untuk menandingi Al- Qur’an dalam tiga tahapan. 6

  1. Mendatangkan semisal Al-Qur’an secara keseluruhan, sebagaimana dijelaskan pada surat Al-Isra’ [17] ayat 88 berikut.
                   
Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". ( QS. Al-Isra’ 88 )

  1. Mendatangkan sepuluh surat yang menyamai surat surat yang ada dalam Al-Qur’an, sebagaimana yang dijelaskan dalam surart Hud [11] ayat 13 berikut.

                   
Artinya : Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar". ( QS. Hud : 13 )
  1. Mendatangkan surat-surat saja yang menyamai surat surat yang ada dalam Al-Qur’an sebagaimana di seputkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah [2] ayat 23 berikut.

                    
Artinya : Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. ( QS. Al-Baqarah : 23 )

[31] Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran Al Quran itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastera dan bahasa karena ia merupakan mukjizat Nabi Muhammad s.a.w.

Sejarah menunjukkan bahwa jawaban terhadap tnatangan itu pernah di buktikan oleh pemimpin Quraisy dengan mengutus Abu Al Walid berhadapan dengan Rasulullah SAW. Dan ketika itu beliau membaca surat fusilat, Abu Al Walid tercengang mendengar kehalusan dan keindahan gaya bahasa Al-Qur’an, dan ia kembali kepada kaumnya dengan tangan hampa. Bahkan musailamah Al-Kadzdzab pernah mengubah ayat ayat Al-Qur’an Dengan Gubahannya.

ياضفدع بنت ضفد عين نقي ما تنقين اعلاك فى الماء واسفلك فى الطين

Artinya : “ hai katak, anak dari dua katak, bersihkan apa saja yang akan engkau bersihkan, bagian atas engkau di air dan baian bawah engkau di tanah.7

Gubahan di atas menurut Al-Jahiz, seorang sastrawan arab termashur, tidak mempunyai makna samasekali, bahkan merupakan sastra kotor yang menyelimuti pembuatannya. 8
Untuk lebih meyakinkan akan kebenaran Al-Qur’an sebagai wahyu dari Allah, bukan ciptaan Muhammad, dapat pula di ketahui dari keadaan Nabi yang tidak pandai membaca dan menulis ( seorang ummi ) beliau juga tidak hidup atau bermukim di tengah tengah masyarakat yang yang relatif mengenal peradaban, sperti Mesir, Persia atau Romawi. Beliau di besarkan di tengah tengah kaum yang oleh beliau sendiri di lukiskan sebagai berikut.
انّا امّة لا نكتب ولا نحسب
Artinya : “ kamu umat yang tidak dapat menulis dan berhitung.”

Al-Qur’an sendiri juga menyatakan bahwa seandainya Muhammad dapat membaca atau menulis, pastilah aka nada yang meragukan kenabian beliau.
              
Artinya : Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu). ( QS. Al-‘Ankabut[29] 48)


  1. MACAM-MACAM MUKJIZAT

Secara garis besar, mukjizat dapat di bagi menjadi 2 bagian pokok, yaitu :
  1. mukjizat yang bersifat material indrawi yang tidak dikenal dalam arti dapat di saksikan atau di jangkau langsung lewat indra oleh masyarakat tempat mereka menyampaikan risalahnya. Sperti perahu Nabi Nuh a.s. yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi ombak dan gelombang yang demikian dahsyat, tidak terbakarnya Nabi Ibrahim a.s. dalam kobaran api yang sangat besar. Berubah wujudnya tongkat Nabi Musa a.s. menjadi ular, dll. Kesemuanya bersifat material indrawi sekaligus terbatas pada lokasi tempat mereka beradadan berahir dengan wafatnya mereka.
  2. Berbeda dengan mukjizatnya Nabi Muhammad SAW. mukjizat imaterial, logis, Dan tidak terbatasi oleh suatu tempat atau masa tertentu ( sepanjang masa ). Mukjizat Al Qur’an dapat di jangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya, dimanapun dan kapanpun.9
Perbedaan ini disebabkan oleh dua hal pokok. 10
  1. Para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Di tugaskan untuk masyarakat dan masa tertentu, karna itu mukjizat mereka hanya berlakuuntuk masa dan masyarakat tersebut.
  2. Manusia mengalami perkembangan dalam pemikirannya, umat para nabi khususnya sebelum Nabi Muhammad SAW. membutuhkan bukti kebenaran yang sesuai dengan tingkat pemikiran mereka. Bukti tersebut harus jelas dan langsungterjangkau oleh indra mereka. Ketika nabi Muhammad SAW. dimintai bukti bukti yang sifatnya demikian oleh mereka yang tidak percaya, beliau diperintahkan oleh Allah untuk menjawab :

         
Artinya : ". Katakanlah: "Maha suci Tuhanku, Bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?"

  1. SEGI – SEGI KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN

  1. Gaya bahasa
Gaya bahasa Al-Qur’an membuat orang arab pada saat itu merasa kagum dan terpesona. Kehalusan ungkapan bahasanya membuat banyak diantara mereka masuk Islam, bahkan, Umar bin Khathab pun yang mulanya dikenal sebagai seorang yang paling memusuhi Nabi Muhammad SAW. Dan bahkan berusaha untuk membunuhnya, memutuskan untuk masuk islam dan beriman kepada kerasulan Muhammad hanya karna membaca petikan ayat ayat Al-Qur’an. Susunan Al-Qur’an tidak dapat disamakan oleh karya sebaik apapun.11 Bahkan berbagai riwayat menyatan bahwa tokoh tokoh kaum musyrik sering secara sembunyi sembunyi mendengarkan ayat ayat Al-Qur’an yang di baca oleh kaum Muslim, mereka juga meyakini bahwa ayat-ayat Al-Qur’an adalah petunjuk kebahagiaan duunia dan ahirat.12

  1. Susunan kalimat
Kendatipun Al-Qur’an, Hadits Qudsi, dan Hadits Nabawi sama sama keluar dari mulut Nabi Muhammad SAW. Tetapi uslub ( style ) atau susunan bahasa sangat jauh berbeda, uslub bahasa Al-Qur’an jauh lebih tinggi kualitasnya bila di bandingkan dengan lainnya. Didalam uslub tersebut terkandung nilai nilai istimewa yang tidak akan pernah ada pada ucapan manusia.13
Dalam Al-Qur’an, misalnya banyak ayat yang mengandung tasybih ( penyerupaan ) yang di susun dalam bentuk yang sangat indah lagi mempesona, jauh lebih indah daripada yang dibuat oleh para penyair dan sastrawan. Contohnya dalam surat Al-Qari’ah [101] ayat 5, Allah berfirman :
    
Artinya : Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.

Kadangkala Al-Qur’an mengarah untuk menyatakan bahwa kedua unsur tasybih, yakni musyabbah ( yang diserupakan ) dan musyabbah bih ( yang diserupakan dengannya ) itu mempunyai sifat indrawi yang sama.
Dalam tasybih paling tidak harus ada musyabbah dan musyabbah bih. Kalau salah satu dari kedua unsur tersebut tidak ada atau dibuang, maka ia bukan lagi tasybih, tetapi isti’arah. Contohnya adalah :
              
Artinya : Ia berkata "Ya Tuhanku, Sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku.
Menurut pakar ilmu Balaghah, Al-Qur’an selai menggunakan tasybih dan isti’arah, juga menggunakan majas ( metafora ) dari matsal ( perumpamaan ).

  1. Hukum Illahi yang sempurna.
Al-Qur’an menjelaskan pokok-pokok aqidah, norma-norma keutamaan, sopan santun, undang-undang ekonomi, politik, social dan kemasyarakatan, serta hukum-hukum ibadah.
Dalam bidang undang-undang, Al-Qur’an telah menetapkan kaidah-kaidah mengenai perdata, pidana, politik dan ekonomi. Apapun mengenai hubungan internasional, Al-Qur’an telah menetapkan dasar-dasarnya yang paling sempurna dan adil, baik dalam keadaan damai atau perang.
Al-Quran menggunakan dua cara tatkala menetapkan sebuah ketentuanhukum, yakni :14
  1. Secara global
Persoalan ibadah umumnya di terangkan secara global, sedangkan perinciannya di serahkan kepada para ilama’ melalui ijtihad.
  1. Secara terperinci
Hokum yang dijelaskan secara terperinci adalah yang berkaitan dengan utang piutang, makanan yang halal dan haram, memelihara kehormatan wanita, dan masalah perkawinan.
  1. Ketelitian redaksinya
Ketelitian redaksi Al-Qur’an bergantung pada hal berikut.
  1. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya.
Beberapa contoh diantaranya :
  1. Al-Hayah ( hidup ) dan Al-Maut ( mati ), masing masing sebanyak 145 kali.
  2. An-Naf (manfaat) dan Al-Mudharah (mudarat), masing masing sebanyak 50 kali.
  3. Al-Har (panas) dan Al- Bard (dingin), masing-masing 4 kali.
  4. Ash-Shalihat (kebajikan ( dan As-Sayyiat (keburukan) masing-masing 167 kali.
  5. Ath-Thuma’ninah (kelapangan/ketentangan) dan Adh-Dhiq (kesempitan/kekesalan) masing-masing 13 kali.
  6. Ar-Rahbah (cemas/takut) dan Ar-Raghbah (harap/ingin) masing-masing 8 kali.
  7. Al-Kufr (kekufuran) dan Al-Iman (iman) dalam bentuk definite, masing-masing 17 kali.
  8. Ash-Shayf (musim panas) dan Asy-Syita (musim dingin) masing-masing 1 kali.
  1. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya/makna yang dikandungnya.
  1. Al-Harts dan Az-Zira’ah (membajak/bertani) masing-masing 14 kali.
  2. Al-‘ushb dan Adh-Dhurur (membanggakan diri/anggun) masing-masing 27 kali.
  3. Adh-Dhallun dan Al-Mauta (orang sesat/mati jiwanya) masing-masing 17 kali.
  4. Al-Qur’an, Al-Wahyu dan Al-Islam ( Al-Qur’an, Wahyu dan Islam) masing-masing 70 kali.
  5. Al-‘Aql dan An-Nur (akal dan cahaya) masing-masing 49 kali.
  6. Al-Jahr dan Al-Alaniyah (nyata) masing-masing 16 kali.
  1. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukkan akibatnya.
  1. Al-Infaq ( infaq ) dengan Ar-Ridha (kerelaan) masing-masing 73 kali.
  2. Al-Buhl (kekikiran) dengan Al-Hasarah (penyesalan) masing-masing 12 kali.
  3. Al-Kafirun ( orang –orang kafir ) dengan An-Mar/Al-Ahraq (neraka/pembakaran) masing-masing 154 kali.
  4. Az-Zakah (zakat/penyucian) dengan Al-Barakat (kebajikan yang banyak) masing-masing 32 kali.
  5. Al-Fahisyah (kekejian) dengan Al-Ghadb (murka) masing-masing 26 kali.
  1. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya.
  1. Al-Israf (pemborosan) dengan As-Sur’ah (ketergesean) masing-masing 25 Kali.
  2. Al-Mauizhah (nasihat/petuah) dengan Al-Lisan (lidah) masing-masing 25 kali.
  3. Al-Asra ( tawaran) dengan Al-Harb ( perang) masing-masing 6 kali.
  4. As-Salam (kedamaian) dengan Ath-Thayyibat (kebajikan) masing-masing 60 kali.
  1. Disamping itu keseimbangan-keseimbangan tersebut ditemukan keseimbangan khusus.
  1. Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari dalam setahun.kata hari dalam bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni) berjumlah 30 , sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Disisi lain kata yangberarti bulan (syahr) hanya terdapat 12 kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
  2. Al qur’an menjelaskan bahwa langit ada tujuh macam. Penjelasan ini di ulangi sebanyak 7 kali pula. Yakni dalam surat al-baqarah ayat 29,as-syura’ ayat 44, al-mu’minun ayat 86, surat fushilat ayat 12, surat ath-thalaq ayat 12, surat al-mulk ayat 3, dan surat nuh ayat 15.
  3. Kata yang menunjukkan kepada utusan tuhan, baik rosul atau nabi atau basyir (pembawa berita gembira) atau nadzir (pemberi peringatan) kesemuanya berjumlah 518 kali.jumlah ini seimbang dengan penyebutan nama nabi, rosul dan pembawa berita. Yakni 518.15

  1. Berita tetang hal hal yang ghaib.
Sebagian ulama’ mengatakan bahwa sebagian mukjizat Al-Qur’an itu adalah berita berita ghaib. Fir’aun yang mengejar ngejar Nabi Musa, di ceritakan dalam surat Yunus ayat 92 berikut.
               
Artinya : Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu[704] supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami.

[704] Yang diselamatkan Allah ialah tubuh kasarnya, menurut sejarah, setelah Fir'aun itu tenggelam mayatnya terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir lalu dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di musium Mesir, Berhias, atau bepergian, atau menerima pinangan.
Pada ayat itu ditegaskan bahwa badan firaun tersebut akan diselamatkan tuhan untuk menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya.
Berita berita gaib yang terdapat pada wahyu allah, yakni taurat, injil, dan Al-qur’an, merupakan mukjizat.16
Berita ghaib dalam wahyu allahitu membuat manusia merasa takjub karna akal manusia tidak sampai pada hal-hal tersebut. Dan makna yang terkandung didalamnyapun sama sekali tidk terbayangkan oleh pukiran orang yang hidup pada masa Al-qur’an diturunkan.17
Cerita peperangan romawi dengan Persia yang di jelaskan dalam surat Ar-Rum ayat 1-5 merupaka salah satu berita ghaib lainnya yang disampaikan Al-Qur’an.
                                       
Artinya :
1. Alif laam Miim[1160] 2. Telah dikalahkan bangsa Rumawi[1161], 3. Di negeri yang terdekat[1162] dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang[1163] 4. Dalam beberapa tahun lagi[1164]. bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, 5. Karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendakiNya. dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang.

[1160] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.
[1161] Maksudnya: Rumawi timur yang berpusat di Konstantinopel.
[1162] Maksudnya: terdekat ke negeri Arab Yaitu Syria dan Palestina sewaktu menjadi jajahan kerajaan Rumawi Timur.
[1163] Bangsa Rumawi adalah satu bangsa yang beragama Nasrani yang mempunyai kitab suci sedang bangsa Persia adalah beragama Majusi, menyembah api dan berhala (musyrik). kedua bangsa itu saling perang memerangi. ketika tersiar berita kekalahan bangsa Rumawi oleh bangsa Persia, Maka kaum musyrik Mekah menyambutnya dengan gembira karena berpihak kepada orang musyrikin Persia. sedang kaum muslimin berduka cita karenanya. kemudian turunlah ayat ini dan ayat yang berikutnya menerangkan bahwa bangsa Rumawi sesudah kalah itu akan mendapat kemenangan dalam masa beberapa tahun saja. hal itu benar-benar terjadi. beberapa tahun sesudah itu menanglah bangsa Rumawi dan kalahlah bangsa Persia. dengan kejadian yang demikian nyatalah kebenaran Nabi Muhammad s.a.w. sebagai Nabi dan Rasul dan kebenaran Al Quran sebagai firman Allah.
[1164] Ialah antara tiga sampai sembilan tahun. waktu antara kekalahan bangsa Rumawi (tahun 614-615) dengan kemenangannya (tahun 622 M.) bangsa Rumawi adalah kira-kira tujuh tahun.
6. isyarat isyarat ilmiyah
Banyak sekali isyarat ilmiyah yang ditemukan didalam Al-Qur’an, misalnya.18

  1. Cahaya matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan. Sebagaimana yang dijelaskan firman Allah berikut.
                         
Artinya : Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak[669]. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.

[669] Maksudnya: Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan percuma, melainkan dengan penuh hikmah.

b. kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan nafas, hal itu disyaratkan dalam firman allah berikut.
                              
Artinya : Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya[503], niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.

[503] Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.

c. perbedaan sidik jari manusia, sebagaimana disyaratkan dalam firman allah berikut.
      
Artinya : Bukan demikian, sebenarnya Kami Kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.

d. aroma/bau manusia berbeda, sebagaimana diisyaratkan. Firman allah berikut.
             
Artinya : Tatkala kafilah itu telah ke luar (dari negeri Mesir) berkata ayah mereka: "Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf, Sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku)".

e. masa penyusunan yang tepat dan masa kehamilan minimal, sebagaimana diisyaratkan. Firman allah berikut.
                   
Artinya : Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf..

  1. Adanya nurani (superego) dan bawah sadar manusia, sebagaimana diisyaratkan firman allah berikut.
                
Artinya : 14. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri[1531], 15. Meskipun Dia mengemukakan alasan-alasannya. 16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya[1532].

[1531] Maksudnya ayat ini ialah, bahwa anggota-anggota badan manusia menjadi saksi terhadap pekerjaan yang telah mereka lakukan seperti tersebut dalam surat Nur ayat 24.
[1532] Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dilarang oleh Allah menirukan bacaan Jibril a.s. kalimat demi kalimat, sebelum Jibril a.s. selesai membacakannya, agar dapat Nabi Muhammad s.a.w. menghafal dan memahami betul-betul ayat yang diturunkan itu.

  1. Yang merasakan nyeri adalah kulit, sebagaimana diisyaratkan firman allah berikut.
                    
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

  1. PERBEDAAN PENDAPAT DIKALANGAN ULAMA’
Para ulama’ berbeda pendapat tentang ketidakmampuan manusia menandingi Al-Qur’an dan aspek bahasa. Pendapat pertama mengatakan bahwa ketidakmampuan manusia itu karena ketinggian dan keindahan susunan bahasa (balaghah)-nya. Tokoh dari ulama’ ini adalah As-Suyuthi. 19
Pendapat kedua mengatakan bahwa ketidakmampuan manusia menandingi Al-Qur’an karna shirfah, yakni Allah memalingkan manusia untuk tidak menentang Al-Qur’an atau menghilangkan kemampuan manusia umtuk melindungi Al-Qur’an, tokohnya adalah An-Nadzham.20


BAB III
PENUTUP

  1. KESIMPULAN
Dengan perantaraan mukjizat, Allah mengingatkan manusia bahwa para rosul itu adlah utusan yang mendapat bantuan dan dukungan dari langit. Mukjizat yang telah diberikan kepada para nabi mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk memainkan peranannya dan mengatasi kepandaian kaumnya disamping membuktikan bahwa kekuasaan Allah itu berada di atas segala galanya.
Semua umat yang tinggi pengetahuan ilmu krdokteran, misalnya, tidak wajar di tuntun dan diarahkan dengan mukjizat dalam ilmu tata bahasa. Begitu pula sebaliknya. Tuntunan dan pengarahan yang di tunjukkan pada suatu umat harus berkaitan dengan pengetahuan mereka, karna Allah tidak akan mengarahkan kepada suatu umat pada hal hal yang mereka tidak ketahui. Tujuannya adalah agar tuntunan dan pengarahan Allahitu bermakna. Disitulah mukjizat yang telah diberikan kepada para nabi.
  1. SARAN
Dalam kesimpulan diatas penulis meyarankan :
  1. Sebaiknya warga Indonesia khususnya umat islam agar lebih memahami isi dari kandungan Al-Qur’an.
  2. Dengan adanya mukjizat allah, yang berupa Al-Qur’an yang diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW, sangat bermanfaat untuk memperkuat iman dan taqwa kita dan memperdalam ilmu pengetahuan yang didasari oleh hukum hukum, pokok-pokok aqidah, norma-norma keutamaan, sopan santun, undang-undang ekonomi, politik, social dan kemasyarakatan, hukum-hukum ibadah, umum nasional maupun internasional.


DAFTAR PUSTAKA

Shabuni, Muhammad ‘Ali, Ash, At-Tibyan fi ‘Ulumul Qur’an, Maktabah Al-Ghazali, Damaskus, 1390.
_______, Rawa’I Al-Bayan fi Tafsir Ayat Al-Ahkam, t.t.
Shalih, Subhi, Mabahis fi ‘Ulumul Qur’an, Dar Al-‘Ilm li Al-Malaya, Beirut, 1988.
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Mizan, Bandung, 1992.
_______, Mukjizat Al-Qur’an, Mizan, Bandung, 1997.
Suyuthi, Jalal Ad-Din, Al-, Al-Itqan, fi ‘Ulumul Qur’an, Dar Al-Fikr, Beirut, t.t.
_______, asrar Tartib Al-Qur’an, Dar Al-I’tisham, Kairo, 1987
1 M. Quraish Shihab. Mukjizat Al-Qur’an, Mizan, Bandung, 1997, Hlm. 23
2 Ibid
3 Said Agil Husain Al Munawwar, I’jaz Al Qur’an dan Metodologi Tafsir, Dimas, Semarang, 1994, Hlm.1.
4 Ma’na Al Qaththan, Mabahits Fi ‘Ulumul Qur’an, Mansyurat Al-‘Ashr Al-Hadits, ttp, 1973,hlm. 259.
5 Shihab, Mukjizat ….,hlm.24-25.
6 Ibid.,hlm. 259.
7 Gubahan gubahan wahyu palsu lainnya dapat di lihat pada Abu Bakar Aceh, Sejarah Al-Qur’an, Ramadhani, Solo, 1989, hlm. 416-418.
8 Muhaimin dkk, Dimensi-dimensi Studi Islam, Karya Abditama, Surabaya, 1994,hlm. 96.
9 Ibid, hlm. 36. Bandingkan Dengan Abdul Qodir ‘Atha, Azhamat Al-Qur’an. Dan Al-Kutub Al-Ilmiyah, Beirut, t.t., hlm. 55.
10 Shihab, Mukjizat…., hlm. 36-37.
11 Muhammad Ali Ash-Shabuni, At-Tibyan fi Ulumul Qur’an, Maktabah Al-Ghazali Damaskus, 1390, hlm. 105
12 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Mizan, Bandung, 1992, hlm. 23.
13 Subhi Ash-Shalih, Mabahits fi ‘Ulumul Qur’an, Dar Al-Ilm Li Al-Malaya, Beirut, 1988, hlm. 320.
14 Al-Munawwar, op.cit., hlm. 19.
15 Shihab, membumikan…., hlm. 29-31.
16 Jalal Ad-Din As-Suyuthi, Al-Ittqan fi Al-Qur’an, Dar Al-Fikr, Beirut, t.t, hlm. 124.
17 Ridha,op. cit., hlm. 610.
18 Ibid., hlm. 190-191.
19 Abdul Qadir Atha, Azhamat Al-Qur’an, Dar Al-Kutub, Al-Ilmiyah, Beirut, t.t, hlm. 60-61.
20 Ibid., hlm. 58-59.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar