RESUME
SEJARAH
PENDIDIKAN ISLAM
MASA
KEMUNDURAN AGAMA ISLAM
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5
NAMA : ASTI MEILANI
: MARYATI 10210225
SEMESTER : III A
JURUSAN : TARBIYAH
PRODI : S.I PAI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAI MA’ARIF)
METRO - LAMPUNG
TAHUN
2011
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah
serta inayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok
pada mata kuliah Psikologi Pendidikan Agama.
Banyak terimakasih kami
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah melipat gandakan amal
baiknya. Dan semoga makalah ini dapat menambah sesuatu yang berguna
bagi yang membacanya.
Ahirnya kami menyadari segala
kekurangan yang ada pada kami dalam pembuatan makalah ini, kritik dan
saran yang membangun yang bisa menjadi kami lebih baik sangat kami
nantikan.
Sekian dan terimakasih, semoga
Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmatnya kepada kita semua.
Metro, 2011
Penulis
ii
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Rumusan Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Perbedaan-Perbedaan Bakat
2
2.2. Mengenali Bakat Seseorang
6
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan 9
3.2. Saran 9
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Psikologi
Pendidikan adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala
kejiwaan terhadap anan didik dalan situasi pendidikan. Psikologi
disebut juga dengan ilmu jiwa. Mempelajari psikologi pendidikan
sangat penting apalagi bagi seorang pendidik, guna supaya terciptanya
suatu kondisi belajar yang efektif.
Berbicara
mengenai psikologi pendidikan sangat luas pembicaraannya. Oleh karena
itu dalam makalah ini akan dibatasi pada persoalan-persoalan bakat
dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Mengingat hal tersebut sangat
berhubungan erat dalam pembentukan pribadi seseorang.
- Rumusan Masalah
Apa
itu bakat dan apa saja dimensi pokoknya serta bagaimana cara untuk
mengenali bakat seseorang ?
BAB
II
PEMBAHASAN
PERBEDAAN-PERBEDAAN
DALAM BAKAT
- Pengertian Bakat
Menurut
M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi
Pendidikan disebutkan bahwa kata bakat
lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude
yang berarti kecakapan pembawaan,
yaitu yang mengenai kesanggupan-kesanggupan (potensi-potensi) yang
tertentu.1
William
B. Michael memberi definisi mengenai bakat sebagai berikut :
An
aptitude may be defined as a person’s capacity, or hypothetical
potential, for acquisition of a certain more or less weeldefined
pattern of behavior involved in the performance of a task respect to
which the individual has had little or no previous training (Michael,
1960: 59).
Jadi
Michael meninjau bakat itu terutama dari segi kemampuan individu
untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali tergantung kepada
latihan mengenai hal tersebut.
Woodworth
dan Marquis memberikan definisi demikian: “aptitude
is predictable achievement and can be measured by specially devised
test” (Woodworth dan Marquis, 1957:
58). Bakat (aptitude), oleh Woodworth dan Marquis dimasukkan dalam
kemampuan (ability). Menurutnya ability mempunyai tiga arti, yaitu :
- Achievement yang merupakan actual ability, yang dapat diukur langsung dengan alat atau tes tertentu.
- Capacity yang merupakan potential ability, yang dapat diukur secara tidak langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, di mana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan training yang intensif dan pengalaman.
- Aptitude, yaitu kualitas yang hanya dapat diungkap/diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu.2
Menurut
Guilford bakat itu mencakup tiga dimensi pokok, yaitu :
- Dimensi Perseptual
Dimensi
perseptual meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi, dan ini
meliputi faktor-faktor antara lain :
- Kepekaan indera
- Perhatian
- Orientasi waktu
- Luasnya daerah persepsi
- Kecepatan persepsi, dan sebagainya.
- Dimensi Psiko-motor
Dimensi
psiko-motor ini mencakup enam faktor, yaitu :
- Faktor kekuatan
- Faktor impuls
- Faktor kecepatan gerak
- Faktor ketelitian/ketepatan, yang terdiri atas dua macam, yaitu :
1) Faktor kecepatan
statis, yang menitikberatkan pada posisi.
2)
Faktor ketepatan dinamis, yang menitikberatkan pada gerakan.
- Faktor koordinasi
- Faktor keluwesan (flexibility).
- Dimensi Intelektual
Dimensi
inilah yang umumnya mendapat penyorotan secara luas, karena memang
dimensi inilah yang mempunyai implikasi sangat luas. Dimensi ini
meliputi lima faktor, yaitu:
- Faktor ingatan, yang mencakup:
1) Faktor ingatan
mengenai substansi
2) Faktor ingatan
mengenai relasi
3) Faktor ingatan
mengenai system
- Faktor pengenalan, yang mencakup:
1)
Pengenalan terhadap keseluruhan informasi
2)
Pengenalan terhadap golongan (kelas)
3)
Pengenalan terhadap hubungan-hubungan
4)
Pengenalan terhadap bentuk dan struktur
5)
Pengenalan terhadap kesimpulan.
- Faktor evaluatif, yang meliputi:
1)
Evaluasi mengenai identitas
2)
Evaluasi mengenai relasi-relasi
3)
Evaluasi terhadap system
4) Evaluasi terhadap
penting tidaknya problrm (kepekaan terhadap problem yang dihadapi).
- Faktor berpikir konvergen, yang meliputi:
1)
Faktor untuk menghasilkan nama-nama
2)
Faktor untuk menghasilkan hubungan-hubungan
3)
Faktor untuk menghasilkan system-sistem
4)
Faktor untuk menghasilkan transformasi
5)
Faktor untuk menghasilkan implikasi-implikasi yang unik.
- Faktor berpikir divergen, yang meliputi:
- Faktor untuk menghasilkan unit-unit
- Faktor untuk pengalihan kelas-kelas secara spontan
- Faktor kelancaran dalam menghasilkan hubungan-hubungan.
- Faktor untuk menghasilkan system
- Faktor untuk transfomasi divergen
- Faktot untuk menyusun bagian-bagian menjadi garis besar atau kerangka.3
Dengan
sengaja pendapat Guilford ini dikemukakan dengan agak lengkap, tidak
karena pendapat tersebut dianggap sebagai satu-satunya pendapat yang
benar, akan tetapi berlebih-lebih sebagai ilustrasi untuk menunjukkan
betapa rumitnya kualitas manusia yang kita sebut itu.
- Mengenali Bakat Seseorang
Menurut
sejarahnya usaha pengenalan bakat itu mula-mula terjadi pada bidang
kerja (atau jabatan), tetapi kemudian juga dalam bidang pendidikan.
Bahwa dewasa ini dalam bidang pendidikanlah usaha yang paling banyak
dilakukan. Dalam praktiknya hampir semua ahli yang menyusun tes untuk
mengungkap bakat bertolak dari dasar pikiran analisis faktor.
Pemberian
nama terhadap jenis-jenis bakat biasanya dilakukan berdasar atas
dalam lapangan apa bakat tersebut berfungsi, seperti bakat
matematika, bakat bahasa, bakat olah raga, dan sebagainya. Dengan
demikian, maka macamnya bakat akan sangat tergantung pada konteks
kebudayaan di mana seseorang individu hidup. Mungkin penamaan itu
bersangkutan dengan bidang studi, mungkin pula dalam bidang kerja.
Sebenarnya
setiap bidang studi atau bidang kerja dibutuhkan lebih dari satu
faktor bakat saja. Bermacam-macam fakor mungkin diperlukan
berfungsinya untuk suatu lapangan studi atau lapangan kerja tertentu.
Suatu contoh misalnya bakat untuk belajar di Fakultas Teknik akan
memerlukan berfungsinya faktor-faktor mengenali bilangan, ruang,
berpikir abstrak, bahasa, mekanik, dan mungkin masih banyak lagi.
Karena tiu ada kecenderungan di antara para ahli sekarang untuk
mendasarkan pengukuran bakat itu pada pendapat, bahwa ada setiap
individu sebenarnya terdapat semua faktor-faktor yang diperlukan
untuk berbagai macam lapangan, hanya dengan kombonasi, konstelasi,
dan intensitas yang berbeda-beda. Karena itu biasanya yang dilakukan
dalam diagnosis tentang bakat adalah membuat urutan (ranking)
mengenai berbagai bakat pada setiap individu.
Prosedur
yang biasanya ditempuh adalah :
- melaksanakan analisis jabatan atau analisis lapangan studi untuk menemukan faktor-faktor apa saja yang diperlukan supaya orang dapat berhasil dalam lapangan tersebut.
- Dari hasil analisis itu dibuat pencandraan jabatan atau pencandraan lapangan studi.
- Dari Pencandraan jabatan atau pencandraan lapangan studi itu diketahui persyaratan apa yang harus dipenuhi supaya individu dapat lebih berhasil dalam lapangan tertentu.
- Dari persyaratan itu sebagai landasan disusun alat pengungkapan (alat pengungkap bakat), yang biasanya berwujud tes.4
Dengan
jalan pikiran seperti yang digmbarkan di atas itulah pada umumnya tes
bakat itu disusun. Sampai sekarang boleh dikata belum ada tes bakat
yang cukup luas daerah pemakainya (seperti misalnya tes inteligensi),
berbagai tes bakat yang telah ada seperti misalnya FACT (Flanagan
Aptitude Clasification Test) yang
disusun oleh Flanagan, DAT dan lain sebagainya.
BAB
III
PENUTUP
- Kesimpulan
Kata
bakat lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude
yang berarti kecakapan pembawaan,
yaitu yang mengenai kesanggupan-kesanggupan (potensi-potensi) yang
tertentu.
Menurut
Guilford bakat itu mencakup tiga dimensi pokok, yaitu : Dimensi
Perseptual, psiko-motor dan intelektual,
Usaha
pengenalan bakat mula-mula terjadi pada bidang kerja (atau jabatan),
tetapi kemudian juga dalam bidang pendidikan. Bahwa dewasa ini dalam
bidang pendidikanlah usaha yang paling banyak dilakukan. Dalam
praktiknya hampir semua ahli yang menyusun tes untuk mengungkap bakat
bertolak dari dasar pikiran analisis faktor.
- Saran
Penulis
menyadari sebagai manusia biasa yang tak lepas dari kekurangan yang
membawa ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat kostruktif demi
kesempurnaannya dimasa mendatang.
DAFTAR
PUSTAKA
Anastasi, A.
Differential Psychology, New
York: MacMillan, 1958
Bingham, W Van D.
Aptitude and Aptitude Testing, New
York: Harper, 1937
Ferguson, G.A. On
learning and human ability, Canadian
Journal of Psychology, 1954,8, 95-112.
Purwanto, Ngalim.
Psikologi Pendidikan, Bandung
: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Suryabrata, Sumadi.
Psikologi Pendidikan, Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada. 2004.
1
Drs. M.
Ngalim Purwanto, Psikologi
Pendidikan, Bandung
: PT Remaja Rosdakarya, 2007. hal. 25
2
Drs. Sumadi
Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D., Psikologi
Pendidikan, Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada. 2004. hal. 161
3
Ibid,
hal.
163-165
4
Ibid,
hal.167
Tidak ada komentar:
Posting Komentar