DOKUMEN MANBA'UL ULUM

DOKUMEN MANBA'UL ULUM
sejarah pengarsipan

Selasa, 08 Oktober 2013



KARNAVAL AGUSTUS 2013
 Untuk mengenang parah palawan yang gugur di medan perang maka blog ini mempersembahkan suatu acara karnaval agustus di YAYASAN MANBA'UL ULUM.
 Jayalah Indonesiaku.. Go..go..go.. Gema seabad silam Inggeris datang meredah Pahang bersama peluru bersama senapang membunuh menangkap setiap pejuang

“Firman ALLAH inilah gitaku, Firman ALLAH inilah harus menjadi Gitamu : “Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim”. ” Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merobah nasibnya”.
Belajar tekun untuk membangun bangsa Agar nanti menjadi negara yang kaya raya Aku ingin…. Pahlawan yang telah gugur dahulu dapat tertawa lega melihat anak cucunya bahagia Mereka dapat tidur nyenyak di sisi-Nya.

 17 Agustus itu... Bukan hanya sekedar.. Balap Karung... Main Petasan... Atau Konvoi di keliling kota... Tapi 17 agustus itu... Persatuan bangsa...

Aku Cinta Indonesia.. Negeri ini adalah negeri yang elok....... Penuh warna dan keindahan.......... Negeri ini adalah negeri yang makmur.... Tanah tumpah darahku yang mulia.... Jayalah Negeriku... INDONESIA....!!!!!
 MINGGER YU, PESAWAT AD. B 080 K mau lewat, 
Oh, pahlawan Engakulah yang melindungi bangsa Tiada engkau, tiada kebebasan Karenamu bangsa bebas dari penjajah Sekarang tiada engkau lagi Dan bangsa harus tetap bersatu Ku akan merindukanmu selalu Karena namamu tetap harum menyatu di kalbu.
I Can Smile... I Can Stylish... I Can Celebrate... I Can Together... Karena Indonesia telah merdeka Kemerdekaan yang mahal harganya yang tak dapat diukur dengan harta sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua Kini kewajibanku sebagai anak bangsa
 Merah darahku adalah ungkapan bahwa semangat yang berkorbar tidak akan padam hingga tetesan darah terakhir dan putih tulangku adalah mental baja yang tidak akan pernah pudar walau panasnya peluru menembus tubuh.”
Untuk mendapatkan sebuah kemenangan, canggihnya sebuah perlengkapan persenjataan bukanlah ukuran karena tekad yang kuat adalah modal utama dalam mencapai sebuah tujuan yang mulia.”
manusia bagor pun tak kalah untuk memeriahkan hari kemerdekaan RI.
inget maz brow " Tancapkan niat untuk memberikan kehidupan yang layak untuk generasi setelah kita, maka tuhan akan memberikan kemudahan dan keajaiban layaknya bambu runcing yang bisa mengalahkan senjata-senjata yang terbuat dari baja.”


 piiis coy



















Jadikanlah bahu kalian kokoh layaknya baja karena masih banyak sodara-sodara kita yang memerlukan tempat untuk bersandar.”
si kembar pun ikut ber komentar : Lemah dan kuat dalam sebuah perjuangan untuk memperjuangkan kehidupan yang layak adalah sebuah pilihan.”




“Jika kita tidak mampu untuk memberikan yang terbaik untuk negara, agama dan keluarga maka tancapkanlah sifat jujur, peduli terhadap rakyat terhadap diri sendiri karena tanpa sebuah kejujuran negara dan isinya akan rapuh dan akan mudah kembali terjajah.”









IKUTAN EXIS LAH.......................
Jadikan perbedaan sebagai sebuah keunikan dalam berbangsa dan bernegara agar terlihat indah dengan banyaknya warna dan janganlah menjadikan sebuah perbedaan sebagai kesombongan akan rasa paling benar dalam berfikir dan bertindak karena perbedaan yang mengakibatkan perpecahanlah yang membuah bangsa dan negara melemah.”

 Kemerdekaan Bukan sekedar dongeng, kemerdekaan bukan sekedar seremoni belaka, melainkan kemerdekaan itu adalah semangat membangun Ibu pertiwi.

Aku lebih suka lukisan Samudra yang
gelombangnya memukul dan menggebu-gebu
daripada lukisan sawah yang adem ayem tentram `Ir. Soekarno`

Apabila didalam diri seseorang masih ada
rasa malu dan takut untuk berbuat sesuatu kebaikan,
maka jaminan bagi orang tersebut
adalah tidak akan bertemunya ia dengan
kemajuan selangkah pun ( Ir. Soekarno)
 
Apakah kelemahan kita adalah kurang
percaya diri sebagai bangsa, sehingga kita
menjadi bangsa penjiplak luar negeri dan
kurang mempercayai satu sama lain, padahal
kita ini asalnya adalah rakyat gotong royong? ( Ir. Soekarno)
 PULANG DARI TEMPUR, WAJAR PESAWATNYA SOBEK, ANGINNYA KUWENCEEEEEEEEEEEEEEEEEEEENG BANGGGGET.
Laki-laki dan perempuan bagaikan dua sayap
dari seekor burung. jika dua sayap sama kuatnya,
maka terbanglah burung itu sampai ke puncak
yang setinggi-tingginya. jika salah satu sayapnya patah,
maka burung tersebut tidak akan pernah
dapat terbang sama sekali ( Ir. Soekarno)
Jangan Mengira kita semua adalah cukup
berjasa dengan segitiga warna.Selama masih
ada ratap tangis di gubuk-gubuk, pekerjaan
kita belum selesai. Berjuanglah terus dengan
mengucurkan sebanyak-banyaknya keringat (Ir. Soekarno)

Minggu, 24 Februari 2013

SMP MANBA'UL ULUM 2012/2013
FENTI,RATIH,ILHAM,ROHMAH,MELI,NURUR,ISMA,ERVI,BP.AGUS,ANNA,KHOTIM,ARIYADI,SOLEH,RIPAI,WIDYO,CANDRA,WANTO,CORI,
IMAM,PANDU,DANGEK,UUL,PANJI, TATUN,TARI,BAITI,KHUSNUL.
SLALUE BERSAMA










1. ARYADI SUPONO
2. M.PANDU FAJAR R.A
3. A.ANSORI
4. ILHAM M.
BINTANG

Kupandang diatas awan ku tau bintang melambai
Ku ulur tangan menggapai tetapi tiada sampai
Ku tau bintang menunggu namun apa dayaku
Ku hanya mampu menatap didalam tatapan sayu

Bintang jangan kau menangis
Bintang jangan kau bersedih
Tiada mampu ku kesana
Walau sudah ku rencana…..bintang……..

Cahayamu indah menerangi buana
Pesonamu membuat ku bersinar
Gemerlap mu membuatku haru dalam keremangan
Idahmu tiada bandingan

Mendung berarak perlahan
Ingin memisahkan ku dari cahayamu
Ku hanya mampu berdo’a mendung cepat berlalu
Bintang tetap bersinar walaupun jauh dari pandangan.

 1. MEILANI ISMA F
.2. RATNA AYU M
3. SITI NUR BAITI
4. USWATUN KHASANAH

PAHLAWAN TANPA LENCANA

Pagi yang indah deruan angin menerpa wajah
Dingin menyelimuti langkah penuh keikhlasan
Renungan hanya untuk sebuah kejayaan
Berfikir hanya untuk sebuah keberhasilan

Tiada lafaz seindah tutur katamu
Tiada penawar seindah senyuman mu
Tiada hari tanpa sebuah bakti
Menabur benih kasih tanpa rasa lelah

Hari demi hari begitu cepat berlalu
Tiada rasa jenuh terpancar di wajah mu
Semangat mu terus berkobar
Memberikan kasih sayang tiada rasa jemu

Jika engkau akan melangkah pergi
Ku tau langkahmu penuh pengorbanan
Jika dirimu telah tiada dirimu kan selalu di kenang
Kau adalah pahlawan tanpa lencana.

















1. IMAM SHOLEHUDIN
2. M NANDA P
3. M YARMA ULIN NIAM
4. LISMA WANTO

Ayo Membaca

Sesobek kertas telah diberikan

Seuntai tulisan juga berada di dalamnya

Duhai anak yang malang

Kenapa engkau diam saja ?

Kenapa kertas itu hanya kau simpan ?

Sungguh banyak harapan terpendam

Ilmu maha luas telah tertuliskan

Namun sayang kau malas membaca

Dunia begitu luas ilmu pun begitu terbentang

Sungguh dunia telah berkata,

Kau ingin tahu isiku ?

Kau ingin mengerti apa tentang dunia ini ?

Malang beribu malang kau malas membaca

Duhai anak yang malang

Bangkitlah sekarang

 1. RATIH INDAH L
2. NURUL HIDAYAH
3. ERVIANA
4. MARIA TINA L

GURUKU

Suci dan iklas pemberian mu

Dari kami buta menjadi tau

Suci dan ikhlas pengorbanan mu

tiada ternilai jasa baik mu

Engkau laksana lampu dalam kegelapan

Yang menerangi alam kalbuku

Engkau bagaikan angin

Yang selalu berbisik tentang kebaikan

Namamu selalu bergelora

Dalam hatiku

Jasa dan benih yang engkau tanam

Kini telah tumbuh bersemi

Terpujilah engkau wahai guruku pahlawan hidupku




Selasa, 02 Oktober 2012

latihan drumband untuk menyambut pelantikan " BRIGADE INFANTRI-3 MARINIR KOLONEL MARINIR HARDIMO "
kegiatan ekstra kurikuler " MUHAFADHAH AL-KUTUB "
NUR FAUZAN

Rabu, 23 Mei 2012

strategi pemb, PENGGUNAAN MEDIA SUMBER BELAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

BAB I
PENDAHULUAN


1.1.    LATAR BELAKANG
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media. Akhirnya, dapat dipahami bahwa media adalah alat Bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Berikut akan dibahas secara rinci namun ringkas.

1.2.    RUMUSAN MASALAH
a.    apa pengertian media pembelajaran?
b.    Apa pengertian  media sebagai alat Bantu?
c.    Apa penjelaskan media sebagai sumber belajar?
d.    Apa saja macam-macam media?
e.    prinsip-prinsip apa yang di gunakan untuk pemilihan dan penggunaan media?
f.    Apa penjelaskan dasar pertimbangan pemilihan dan penggunaan media?
g.    Apa penjelaskan pengembangan dan pemanfaatan media sumber?

1.3.    BATASAN PEMBAHASAN
a.    Mengetahui pengertian media.
b.    Menjelaskan media sebagai alat Bantu.
c.    Menjelaskan media sebagai sumber belajar.
d.    Mengetahui macam-macam media.
e.    Menjelaskan prinsip-prinsip pemilihan dan penggunaan media.
f.    Menjelaskan dasar pertimbangan pemilihan dan penggunaan media.
g.    Menjelaskan pengembangan dan pemanfaatan media sumber.












BAB II
PEMBAHASAN
PENGGUNAAN MEDIA SUMBER BELAJAR DALAM  PROSES BELAJAR MENGAJAR

2.1.    Pengertian Media
Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa yang  memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media. Akhirnya, dapat dipahami bahwa media adalah alat Bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.

2.2.    Media Sebagai Alat Bantu
Media sebagai alat Bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama bahan pelajaran yang rumit atau kompleks.
Sebagai alat Bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.
Akhirnya, dapat dipahami bahwa media adalah alat Bantu dalam proses belajar mengajar. Dan gurulah yang mempergunakannnya untuk membelajarkan anak didik demi tercapainya tujuan pengajaran.

2.3.    Media Sebagai Sumber Belajar
Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar yang sesungguhnya banyak sekali terdapat di mana-mana; di sekolah, di halaman, di pusat w:st="on"kota, di pedesaan, dan sebagainya. Udin Saripuddin dan Winataputra (199;65) mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi lima kategori, yaitu manusia, buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Karena itu, sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang.
Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat Bantu auditif, visual, dan audiovisual. Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan perumusan tujuan instruksional, dan tentu saja dengan kompetensi guru itu sendiri dan sebagainya. Untuk tercapainya tujuan pengajaran tidak mesti dilihat dari kemahalan suatu media, yang sederhana juga bisa mencapainya, asalkan guru pandai menggunakannya. Maka guru yang pandai menggunakan media adalah guru yang bisa memanipulasi media sebagai sumber belajar dan sebagai penyalur informasi dari bahan yang disampaikan kepada anak didik dalam proses belajar mengajar.

2.4.    Macam-Macam Media
1.    Dilihat Dari Jenisnya, Media Dibagi ke Dalam :
a.    Media auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, Seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.
b.    Media visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, cetakan. w:st="on"Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau symbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun.
c.    Media Audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsure suara dan unsure gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua.

2.    Dilihat dari Daya Liputnya, Media Dibagi Dalam :
a.    Media dengan Gaya Liput Luas dan Serentak, contoh: radio dan televisi.
b.    Media dengan Gaya Liput yang Terbatas oleh Ruang dan Tempat, contoh: film.
c.    Media untuk Pengajaran Individual, contoh: modul berprogram melalui computer.

3.    Dilihat dari Bahan Pembuatannya, Media Dibagi Dalam :
a.    Media Sederhana yaitu media yang mudah diperoleh dan harganya murah, serta cara pembuatannya mudah.
b.    Media Kompleks yaitu media yang bahan dan lat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya dan penggunaannya memerlukan keterampilah yang memadai.

2.5.    Prinsip-Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media
Drs. Sudirman N. (1991) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pengajaran yang dibaginya ke dalam tiga kategori, sebagai berikut:
1.    Tujuan Pemilihan
Memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yang jelas. Pemilihan media untuk pembelajaran (siswa belajar), untuk informasi yang bersifat umum, ataukah sekedar untuk hiburan saja mengisi waktu kosong. Lebih spesifik lagi, untuk pengajaran kelompok atau pengajaran individual.
2.    Karakteristik Media Pengajaran
Setiap media mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi keampuhannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan keterampilan pemilihan media pengajaran.
3.    Alternatif Pilihan
Memilih pada hakikatnya adalah proses membuat keputusan dari berbagai alternative pilihan. Guru bisa menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila terdapat beberapa media yang dapat diperbandingkan. Sedangkan apabila media pengajaran itu hanya satu, maka guru tidak bisa memilih, tetapi menggunakan apa adanya.
Menurut Dr. Nana Sudjana (1991; 104) tentang prinsip-prinsip penggunaan media agar mencapai hasil yang baik yaitu:
a.    Menentukan jenis media dengan tepat,
b.    Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat,
c.    Menyajikan media dengan tepat,
d.    Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi yang tepat.

2.6.    Dasar Pertimbangan Pemilihan dan Penggunaan Media
1.    Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Memilih Media Pengajaran
a.    Objektivitas
Artinya guru tidak boleh memilih suatu media pengajaran atas dasar kesenangan pribadi. Apabila secara objektif, berdasarkan hasil penelitian atau percobaan, suatu media pengajaran menunjukkan keefektifan dan efesiensi yang tinggi, maka guru jangan merasa bosan menggunakannya.
2.    Program Pengajaran
Progam pengajaran yang akan disampaikan kepada anak didik harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya, strukturnya, maupun kedalamannya.
3.    Sasaran Program
Sasaran program yang dimaksud adalah anak didik yang akan menerima informasi pengajaran melalui media pengajaran.
4.    Situasi dan Kondisi
Situasi dan kondisi yang dimaksud adalah:
1)    Situasi dan kondisi sekolah atau tempat dan ruangan yang dipergunakan.
2)    Situasi serta kondisi anak didik yang akan mengikuti pelajaran mengenai jumlahnya, motivasi dan kegairahan.
5.    Kualitas Teknik
Dari segi teknik, media pengajaran yang akan digunakan perlu diperhatikan, apakah sudah memenuhi syarat atau belum.
6.    Kefektifan dan Efesiensi Penggunaan
Keefektifan berkenaan dengan hasil yang dicapai, sedangkan efesiensi berkenaan dengan proses pencapaian hasil tersebut.
2.     Kriteria Pemilihan Media Pengajaran
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1991; 5), dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan criteria-kriteria sebagai berikut:
a.    Ketepatannya dengan tujuan pengajaran,
b.    Dukungan terhadap isi bahan pelajaran,
c.    Kemudahan memperoleh media,
d.    Keterampilan guru dalam menggunakannya,
e.    Tersedia waktu untuk menggunakannya,
f.    Sesuai dengan taraf berpikir siswa.

2.7.    Pengembangan Pemanfaatan Media Sumber
Media pengajaran adalah suatu alat Bantu yang tidak bernyawa. Alat ini bersifat netral. Peranannya akan terlihat jika guru pandai memanfaatkannya dalam belajar mengajar. Nana Sudjana (1991) merumuskan fungsi media pengajaran menjadi enam kategori, sebagai berikut:
1.    Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat Bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2.    Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan siatuasi mengajar.
3.    Media pengajaran dalam pengajaran, penggunaanya integral dengan tujuan dari isi pelajaran.
4.    Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan melainkan proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
5.    Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar.
6.    Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.
Ketika fungsi-fungsi media pelajaran itu diaplikasikan ke dalam proses belajar mengajar, maka terlihatlah peranannya sebagai berikut:
a.    Sebagai penjelas dari keterangan terhadap suatu bahan yang guru sampaikan.
b.    Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya.
c.    Media sebagai sumber belajar bagi siswa.
d.    Ada enam langkah yang bisa ditempuh guru pada waktu ia mengajar dengan mempergunakan media sebagai berikut:
1.    Merumuskan tujuan pengajaran dengan memanfaatkan media.
2.    Persiapan guru.
3.    Persiapan kelas.
4.    Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media.
5.    Langkah kegiatan belajar siswa.
6.    Langkah evaluasi pengajaran.
Nana Sudjana (1991) mengemukakan nilai-nilai praktis media pengajaran adalah:
a.    Dengan mefia dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir.
b.    Dengan media dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar.
c.    Dengan media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap.
d.    Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.
e.    Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.
f.    Metode belajar lebih bervariasi.
g.    Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya.
h.    Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar.











BAB III
PENUTUP

3.1.    KESIMPULAN
Demikian pembahasan mengenai penggunaan dalam proses belajar mengajar ini. Untuk dapat merasakan manfaatnya, guru dapat mempergunakan dan mengembangkannya dalam proses belajar mengajar, baik di kelas maupun di luar kelas. Media yang dapat dimanfaatkan oleh guru adalah media yang sesuai dengan misi tujuan. Cara memanfaatkan media tergantung dari jenis dan karakteristik suatu media. Cara kerja media visual tentu berbeda dengan cara kerja media audiovisual. Cara pemakaiannya tidak mesti harus guru, tetapi siswa juga bisa, selama untuk mencpai tujuan pengajaran.










DAFTAR PUSTAKA


Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta
Thomas Gordon, Guru yang Efektif Cara untuk mengatasi kesulitan dalam kelas, Disadur oleh Drs. Mudjito, M.A., Rajawali Pers, Jakarta Cetakan III, 1990.
______ , Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, Cetakan II, 1990.
______ , Psikologi Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, Cetakan, 1992.
W. James Popham Eva L. Baker, Bagaimana Mengajar secara Sistemnatis, Yogyakarta, Cetakan IV, 1992.

strategi pemb, BELAJAR MENGAJAR YANG EFEKTIF

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang Masalah
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ialah dengan cara melalui perbaikan proses pengajaran. Dimana didalamnya terdapat kegiatan belajar dan mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan zaman yang menuntut agar tercipta anak didik yang mampu membawa zaman ini lebih baik lagi, lebih maju dan berkembang dari pada zaman yang telah lalu dan zaman sekarang dan mampu mengembangkannya.
Dalam kaitannya dengan tuntutan pendidikan yang harus mampu melahirkan dan menyiapkan anak didik yang berkualitas, Guru adalah personel yang menduduki posisi penting dan strategis dalam rangka pengembangan sumberdaya manusia dan yang selalu dituntut untuk terus mengikuti perkembangan konsep-konsep baru dalam dunia kepengajaran tersebut. Demikian pula para supervisor pendidikan, pengawas dan pengelola lembaga pendidikan juga seyogyanya juga selalu mengikuti perkembangan itu.
Tentunya untuk menjadikan pendidikan tersebut bermutu atau untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan semua proses yang ada didalamnya, termasuk pengajaran yang dilakukan guru/ pendidik atau team pendidik dalam lembaga itu harus benar-benar membuat suatu langkah atau tahapan-tahapan dalam pengajaran yang disesuaikan oleh kondisi dan psikologi anak didik, agar pengajaran yang dilakukan bisa efisien dan efektif.

1.2.    Rumusan Masalah
a.    Apakah pengertian dari pembelajaran itu?.
b.    Bagaimanakah tahapan-tahapan pembelajaran yang mampu menjadikan pembelajaran itu efisien dan efektif?.

1.3.    Tujuan Penulisan
1.    Dapat mengetahui, mengerti dan memahami pengertian dari pengajaran.
2.    Dapat mengetahui tahapan-tahapan dalam proses pengajaran.








BAB II
PEMBAHASAN

BELAJAR MENGAJAR YANG EFEKTIF

2.1.    Pengertian Pembelajaran (Education)
Berbicara tentang pembelajaran adalah membicarakan sesuatu yang tidak akan pernah berakhir sejak manusia menjadi “calon manusia”  - ada (lahir) - sampai nanti akhir hayat . Karena manusia akan selalu mengalami proses belajar dan mengajar. Jika kita menguak arti kata "pembelajaran” maka akan terdapat dua kegiatan didalamnya, yaitu belajar (learn) dan mengajar/ pengajaran (learning)  yaitu suatu proses kegiatan yang dirancang/ didesain dan dilaksanakan untuk peserta didik agar mereka mau belajar, dimana proses itu mempunyai tujuan untuk dapat menghasilkan perubahan sikap dan tingkah laku peserta didik dalam ranah kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan) dan afektif (sikap).
Belajar (learn) itu sangat luas sekali maknanya, namun jika sempitkan makna tersebut maka akan memunculkan beberapa pengertian atau definisi, diantaranya belajar adalah suatu aktifitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki prilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian. Atau belajar juga bisa diartikan suatu kegiatan atau proses yang didesain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tokoh pendidikan behaviorisme, seperti Hilgard memberikan definisi dari belajar yaitu proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan lain-lain sehingga terjadi perubahan dalam dirinya.
Pengajaran (teaching) atau lebih dikenalnya dengan sebutan mengajar amat dekat kaitannya dengan pengertian paedagogy, yaitu suatu seni atau ilmu untuk menjadi seorang guru. William H. Burton seorang behaviorism memberikan definisi pengajaran /mengajar adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada anak didik agar terjadi proses belajar.
Hasan Langgulung seperti yang dikutip oleh Ramayulis.  Beliau menyatakan bahwa pengajaran itu berarti pemindahan pengetahuan dari seseorang yang mempunyai pengetahuan kepada orang lain yang belum mengetahui. Roestiyah NK menyatakan mengajar adalah membimbing anak didik dalam proses belajar.
Secara umum seorang pendidik/guru itu harus memenuhi dua kategori, yaitu memiliki capability dan loyality, yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi. Memiliki loyalitas keguruan, yakni loyal terhadap tugas-tugas keguruan yang tidak semata di dalam kelas saja, tapi sebelum dan sesudah kelas. 
Sedangkan pengertian dari pendidikan agama islam adalah usaha sadar dan terencana untuk mempersiapkan anak didik dalam memahami, menghayati, meyakini dan mengamalkan agama islam melalui pendidikan, pengajaran dan latihan.

2.2.    Tahapan-Tahapan Dalam Pembelajaran (Education).
Jika kita lihat bagaimana terjadinya proses belajar-mengajar, kita akan menjumpai beberapa kegiatan lain yang menjadi komponen pendukung terjadinya belajar-mengajar. Pembelajaran sebagai suatu proses kegiatan, dari berbagai sumber secara umum dapat dikatakan terdiri atas tiga fase atau tahapan. Fase-fase/ tahapan-tahapan dalam proses pembelajaran yang dimaksud meliputi: tahap perencanaan, tahap pelaksanan, dan tahap evaluasi. Adapun dari ketiganya ini akan dibahas sebagaimana berikut:
A.    Tahap Pendahuluan.
Dalam tahap pendahuluan ini berisi tahapan perencanaan pembelajaran kedepan yang nantinya akan menjadi pedoman untuk mencapai hasil apa yang diharapkan dalam akhir pembelajaran dan tentunya akan dijadikan pedoman dalam proses pengajaran. Kegiatan pembelajaran yang baik senantiasa berawal dari rencana yang matang. Perencanaan yang matang akan menunjukkan hasil yang optimal dalam pembelajaran.
Dalam perencanaan ini ada beberapa tahapan yang menjadi strength point seperti yang dipaparkan oleh Kemp lewat desain pengembangan pembelajaran PAI dalam model J.E.Kemp yang berpijak pada empat unsur dasar perencanaan pembelajaran yang merupakan wujud jawaban atas pertanyaan
1)    untuk siapa program itu dirancang? Peserta didik,
2)    kemampuan apa yang ingin anda pelajari? Tujuan,
3)    bagaimana isi pelajaran/ keterampilan yang dapat dipelajari? Metode,
4)    bagaimana anda menentukan tingkat penguasaan terhadap pelajaran yang sudah dicapai? Evaluasi. , keempat point ini akan dijelaskan dibawah ini:
1.      Merumuskan Tujuan/ Kompetensi Pengajaran
Yaitu perumusan tingkah laku/ kemampuan-kemampuan yang dirumuskan secara khusus (spesifik), operasional dan berupa jenis-jenis kemampuan/tingkah laku yang diharapkan dapat dimiliki oleh anak didik setelah mereka mengikuti pelajaran-pelajaran yang kita berikan kepada mereka.
2.      Mengembangkan/ Mempersiapkan Alat-Alat Evaluasi
Langkah ini memiliki fungsi yang nantinya digunakan untuk menilai sejauh mana siswa menguasai materi yang telah diberikan dan yang telah dirumuskan dalam tujuan pengajaran tersebut. Adanya persiapan alat evaluasi ini ditempuh dalam perencanaan pembelajaran ini karena didasarkan pada prinsip pengajaran yang berorientasi pada tujuan hasil (output oriented). 
3.      Merancang dan Menetapkan Kegiatan-Kegiatan Mengajar.
Dalam langkah ketiga ini dapat berupa kegiatan-kegiatan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa selama proses pengajaran nantinya yang juga harus dirumuskan, agar siswa dapat memiliki sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
4.      Merencanakan Program Kegiatan
Hal-hal pokok yang harus ditetapkan dalam perencanaan program kegiatan:
a.      Merumuskan materi pelajaran beserta komponennya
    Menyusun materi pelajaran tiap mata pelajaran.
    Menyusun Silabus. Silabus diartikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran.
    Menyusun Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana pembelajaran bersifat khusus dan kondisional, dimana setiap sekolah tidak sama kondisi siswa dan sarana prasarana sumber belajarnya.
    Penilaian Pembelajaran. Penilaian merupakan tindakan atau proses untuk menentukan nilai terhadap sesuatu. Penilaian merupakan proses yang harus dilakukan oleh guru dalam rangkaian kegiatan pembelajaran. Prinsip penilaian antara lain : Valid, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan objektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh dan bermakna.
b.      Menyiapkan metode yang akan digunakan.
Metode pembelajaran adalah cara guru mengorganisasikan meteri pelajaran dan peserta didik agar terjadi proses secara efektif dan efisien. Banyak sekali macam-macam dari metode-metode pembelajaran yang digunakan dalam mengajar, diantaranya
1)    Metode ceramah/kuliah,
2)    Metode diskusi,
3)    Metode demonstrasi,
4)    Metode eksperimen,
5)    Metode pemberian tugas, dll.
c.      Menyusun jadwal.
Dalam menyusun jadwal kegiatan/ program pembelajaran, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan harus dibuat, yaitu:
1.    Analisis hari efektif, hari libur, analisis program dan materi pembelajaran. Untuk mengawali kegiatan penyusunan program pembelajaran, guru perlu membuat analisis hari efektif selama satu semester.
2.    Membuat program tahunan, program semester dan program tagihan . Program Tagihan merupakan Sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran, tagihan merupakan tuntutan kegiatan yang harus dilakukan atau ditampilkan siswa. Jenis tagihan dapat berbentuk ujian lisan, tulis, dan penampilan yang berupa kuis, tes lisan, tugas individu, tugas kelompok, unjuk kerja, praktek, penampilan, atau porto folio.

2.3.    Tahap Pelaksanaan
Hakikat dari tahap pelaksanaan adalah kegiatan operasional pembelajaran itu sendiri. Dalam tahap ini, guru melakukan interaksi belajar-mengajar melalui penerapan berbagai strategi metode dan tekhnik pembelajaran, pemanfaatan seperangkat media dan tentunya dengan tambahan pemahaman/ penguasaan teori pendidikan, prinsip mengajar, teori belajar dan yang lainnya yang relevan untuk proses pembelajaran. Dalam proses ini, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh seorang guru, diantaranya ialah:
a.    Aspek pendekatan dalam pembelajaran
Pendekatan pembelajaran terbentuk oleh konsepsi, wawasan teoritik dan asumsi-asumsi teoritik yang dikuasai guru tentang hakikat pembelajaran. Mengingat pendekatan pembelajaran bertumpu pada aspek-aspek dari masing-masing komponen pembelajaran. Dalam beberapa sumber ditemukan beberapa penggolongan pendekatan dari banyaknya pendekatan yang ada dalam pembelajaran, diantaranya adalah
1.    Pendekatan pembelajaran pemrosesan informasi, yaitu upaya membantu siswa untuk memproses informasi yang diperoleh.
2.    Pendekatan pembelajaran individu, yaitu upaya membantu siswa untuk mengembangkan pribadi agar lebih produktif terhadap situasi dan lingkungan. 
3.    Pendekatan sistem pembelajaran, yaitu mengidentifikasi kebutuhan, memilih problem, mengidentifikasi syarat-syarat pemecahan problem, memilih, menetapkan, penggunaan metode dan alat yang tepat, mengevaluasi hasil dan merevisi sebagian atau keseluruhan sistem yang dilaksanakan yang tidak dapat terlaksana atau yang tidak relevan dengan proses pembelajaran. 
4.    Pendekatan paedagody, yaitu pendekatan/ upaya yang dilakukan sebagai seni dan ilmu untuk mengajar dan mendidik anak didik (the art and science of teaching children). Dalam hal ini guru sebagai central education. Dan pendekatan andragogy, yaitu upaya yang dilakukan sebagai seni dan ilmu untuk membantu anak didik dalam belajar (the art and science of helping adults learn). Dalam hal ini posisi anak didik lebih dominan dalam proses belajar, guru hanya membantu, mengarahkan dan membimbing saja, anak didik-lah yang aktif dalam proses pembelajaran. (Knowles, 1970; cross, 1981).
Dan karena setiap mata pelajaran, bahkan setiap satu pokok bahasan tidak cukup hanya dengan menggunakan satu pendekatan, maka pendekatan-pendekatan dalam setiap satuan pembelajaran itu akan bersifat multi-pendekatan dan akan tercakup penggunaannya dalam sejumlah pendekatan yang lain secara serempak. Seperti yang diterangkan dalam buku Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (Depdikbud, 1994:40-70).  Misalnya dalam pembelajaran Agama Islam, pendekatan yang digunakan adalah
a)    pendekatan pengalaman,
b)    pendekatan rasional,
c)    pendekatan emosional,
d)    pendekatan fungsional, dll.

b.    Aspek Strategi, Metode dan Taktik
Pembelajaran sebagai proses, aktualisasinya mengimplisitkan adanya strategi. Strategi berkaitan dengan perwujudan proses pembelajaran itu sendiri, Menurut Atwi Suparman (2004:208) seperti yang dikutip oleh Bambang Warsita,  secara garis besar, komponen strategi dalam pembelajaran dikelompokkan menjadi:
a)      Mengurutkan kegiatan pembelajaran
Pendahuluan dalam pembelajaran. Bagian ini merupakan bagian awal dalam proses pembelajaran, dalam bagian ini guru dituntut untuk bisa memberikan motivasi (penyemangat) diawal pembelajaran,
Penyajian materi/ bahan ajar. Kegiatan ini merupakan inti dari pembelajaran. contoh atau ilustrasi, memberikan latihan yang sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan.
Penutup. Tahapan ini adalah tahapan akhir dari urutan kegiatan pembelajaran. Tahapan yang dilakukan adalah memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan, baik dengan mengguanakan tes formatif (Suharsimi Arikunto,1998:42)  maupun dengan umpan balik (feedback) dan selanjutnya adalah pemberian pengayaan/ tindak lanjut (follow up).
b)      Penggunaan metode dan taktik  yang tepat sesuai kebutuhan
Menurut Nana Sudjana (1989:69) metode yang baik digunakan adalah metode variasi/ kombinasi dari beberapa metode mengajar, Seperti yang diterangkan dalam buku Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (Depdikbud, 1994:40-70).  Misalnya pembelajaran Moral Pancasila, menggunakan metode
a)    ceramah murni,
b)    inquiry,
c)    ceramah bervariasi,
d)    demonstrasi,
e)    karya wisata,
f)    observasi, dll.
c)      Penggunaan media pembelajaran
Media/sarana/alat adalah segala bentuk dan saluran  yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Media pendidikan terdiri dari alat pengajaran, alat peraga, alat pendidikan,  dapat berbentuk orang atau guru, alat-alat elektronik, media cetak, media audio, media audiovisual (video), multimedia dan lain sebagainya untuk mendukung suksesnya proses pembelajaran.
d)     Pemanfaatan/ penggunaan alokasi waktu yang telah disediakan dengan baik.
Guru harus tahu alokasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembelajaran. Baik itu satu pokok bahasan atau satu kompetensi dasar didalam beberapa kali tatap muka. Tujuannya agar materi pelajaran yang sudah tersusun dalam rancangan pembelajaran/ silabus dapat tersampaikan semuanya.
e)      Pengelolaan kelas
Kelas merupakan lingkungan fisik yang meliputi ruang kelas, keindahan kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan ventilasi/ udara dan cahaya/ pencahayaan, dan pengaturan sarana yang lain. Dan juga merupakan lingkungan sosioemosional  yang meliputi tipe kepemimpinan guru, sikap guru, suara guru, pembinaan hubungan baik dan lain sebagainya. Menurut Winzer (1995), pengelolaan kelas adalah cara - cara yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan akademis dan sosial.

2.4.    Tahap Evaluasi
Pada hakekatnya evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi untuk dijadikan tolak ukur perencanaan dan pengembangan pembelajaran kedepannya. Seharusnya evaluasi tidak hanya dilakukan dengan mengadakan ulangan harian atau ulangan umum saja. Tetapi, hendaknya dilakukan tiap kali selesai proses pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui perubahan dan kemajuan peserta didik setiap kompetensi dasar dengan mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, psikomotorik. Moekijat (seperti dikutip Mulyasa) mengemukakan teknik evaluasi belajar pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai berikut:
1)    Evaluasi belajar pengetahuan (kognitif), dapat dilakukan dengan ujian tulis, lisan, dan daftar isian pertanyaan.
2)    Evaluasi belajar keterampilan (psikomotorik), dapat dilakukan dengan ujian praktek, analisis keterampilan dan analisis tugas serta evaluasi oleh peserta didik itu sendiri.
3)    Evaluasi belajar sikap (afektif), dapat dilakukan dengan daftar sikap isian dari diri sendiri, daftar isian sikap yang disesuaikan dengan tujuan program.

BAB III
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
Dari uraian dan penjelasan diatas, maka kita akan mengetahui bahwa segala sesuatunya dalam proses pembelajaran terdapat beberapa tahapan. Dimulai dari tahapan perencanaan pembelajaran atau persiapan pembelajaran yang kemudian apa yang telah direncanakan tersebut dilaksanakan (tahap pelaksanaan pembelajaran) dan yang terakhir adalah evaluasi pembelajaran dari semua komponen yang ada didalamnya, mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan dalam pembelajaran dan hasil pembelajaran.
Dan bagi seorang pendidik/ guru hendaknya mempersiapkan segala sesuatunya sebelum memulai pengajarannya/  kegiatannya. Agar pengajaran yang dilakukan itu efisien dan efektif. Oleh karena itu, ada beberapa  prinsip yang perlu dipahami dan diterapkan oleh guru dalam mengaktualisasikan pengajarannya, diantaranya guru harus:
1.    Memahami tujuan pendidikan.
2.    Menguasai bahan ajar.
3.    Memahami teori-teori pendidikan selain teori pengajaran.
4.    Memahami prinsip-prinsip mengajar.
5.    Memahami metode-metode mengajar.
6.    Memahami teori-teori belajar.
7.    Memahami beberapa model pengajaran yang penting.
8.    Memahami prinsip-prinsip evaluasi.
9.    Memahami langkah-langkah membuat lesson plan.

























DAFTAR PUSTAKA


Challjah Hasan, Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan, Al-Ikhlas, Surabaya, Cetakan I, 1994.

______ , Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, Cetakan II, 1990.
______ , Psikologi Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, Cetakan, 1992.
Thomas Gordon, Guru yang Efektif Cara untuk mengatasi kesulitan dalam kelas, Disadur oleh Drs. Mudjito, M.A., Rajawali Pers, Jakarta Cetakan III, 1990.
W. James Popham Eva L. Baker, Bagaimana Mengajar secara Sistemnatis, Yogyakarta, Cetakan IV, 1992.

strategi pemb, HAKIKAT CIRI DAN KOMPONEN BELAJAR MENGAJAR

PBAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Siapapun tidak akan pernah menyangkal bahwa kegiatan belajar mengajar tidak berproses dalam kehampaan, tetapi dengan penuh makna. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Di sini tentu saja tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak didik. Dalam hal tersebut semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
1.2.    Rumusan Masalah
a.    Apakah hakikat belajar mengajar itu?
b.    Apa saja cirri-ciri belajar mengajar?
c.    Apa saja komponen belajar mengajar?

1.3.    Batasan Pembahasan
a.    Menjelaskan tentang hakikat belajar mengajar.
b.    Menjelaskan tentang ciri-ciri belajar mengajar.
c.    Menjelaskan tentang komponen belajar mengajar.

BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT CIRI DAN KOMPONEN BELAJAR MENGAJAR

2.1.    Hakikat Belajar Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam belajar.
Kegiatan mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya sejumlah anak didik. Berbeda dengan belajar. Belajar tidak selamanya memerlukan kehadiran seorang guru. Cukup banyak aktifitas yang dilakukan oleh seseorang di luar dari keterlibatan guru. Mengajar merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan keterlibatan individu anak didik. Bila tidak ada anak didik atau objek didik, siapa yang diajar.
Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Guru dituntut untuk mengatur strategi pengajarannya terhadap berbagai macam gaya-gaya anak didik. Akhirnya, bila hakikat belajar adalah “perubahan”, maka hakikat belajar mengajar adalah proses “pengaturan” yang dilakukan oleh guru.

2.2.    CIRI-CIRI BELAJAR MENGAJAR
Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari cirri-ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi sebagai berikut:
1.      Belajar mengajar memiliki tujuan,yaitu untuk mmbentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu.
2.      Ada suatu prosedur yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3.      Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu pengggarapan materi yang khusus.
4.      Ditandai dengan aktivitas anak didik. Anak didik merupakan syarat mutlak berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
5.      Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing yaitu guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif.
6.      Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin, yaitu sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar.
7.      Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam system berkelas.
8.      Evaluasi. Evaluasi harus dilakukan setelah guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar, untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang telah ditentukan.

2.3.    KOMPONEN-KOMPONEN BELAJAR MENGAJAR
Sebagai suatu system tentu saja kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen sebagai berikut:
1.      Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dalam kegiatannya. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normative, yaitu dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik.
Tujuan adalah komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya, seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber dan alat evaluasi. Suatu tujuan pengajaran mengatakan suatu hasil yang kita harapkan dari pengajaran itu dan bukan sekadar suatu proses dari pengajaran itu sendiri.
Jadi, guru tidak dapat mengabaikan perumusan tujuan bila ingin memprogramkan pengajaran.

2.      Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan mengajar proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikannya pada anak didik.
Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik.  Bahan pelajaran menurut Suharsimi Arinkunto (1990) merupakan unsur inti yang ada didalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik.  Selain itu, bahan ajaran itu harus sesuai dengan kebutuhan anak didik. Hal itu akan memotivasi anak didik dalam jangka waktu tertentu.
Dengan demikian, bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pengajaran, sebab bahan adalah inti dalam proses belajar mengajar yang akan disampaikan kepada anak didik.

3.      Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu anak didiklah yang lebih aktif bukan guru. Guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator.
Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar yang bagaimana pun, juga ditentukan dari baik atau tidaknya program pengajaran yang telah dilakukan dan akan berpengaruh terhadap tujuan yang akan dicapai.

4.      Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Dalam belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak didik.
Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed, mengemukakan lima macam factor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai berikut:
a.    Tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya.
b.    Anak didik yang berbagai tingkat kematangannya.
c.    Situasi yang berbagai-bagai keadaannya.
d.    Fasilitas yang berbagao-bagai kualitas dan kuantitasnya.
e.    Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
    
5.      Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi , yaitu alat sebagai perlengkapan, alat sebagai membantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan.
Sebagai alat Bantu dalam pendidikan dan pengajaran, alat material (audiovisual) mempunyai sifat sebagai berikut:
a.    Kemampuan untuk meningkatkan persepsi.
b.    Kemampuan untuk meningkatkan pengertian.
c.    Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar.
d.    Kemampuan untuk memberikan penguatan atau pengetahuan hasil yang dicapai.
e.    Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan).

6.      Sumber Pelajaran
Belajar mengajar telah diketahui, bukanlah berproses dalam kehampaan, tetapi berproses dalam kemaknaan, didalamnya ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber guna dipakai dalam proses belajar mengajar. Jadi, dari berbagai sumberlah bahan pelajaran itu diambil.
Yang dimaksud dengan sumber-sumber bahan dan belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang. Jadi, sumber belajar itu merupakan bahan/materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar.
Untuk mendapatkan gambaran apa-apa saja yang termasuk kategori sumber-sumber belajar, berikut dikemukakan pendapat-pendapat:
Ny. Dr. Roestiyah. N.K. (1989; 53) mengatakan bahwa sumber belajar itu adalah:
a.     Manusia (dalam keluarga, sekolah dan masyarakat);
b.     Buku/perpustakaan;
c.     Mass media (majalah, w:st="on"surat kabar, radio, tv dan lain-lain);
d.     Dalam lingkungan;
e.      Alat pelajaran (buku pelajaran, peta, gambar, kaset, papan tulis, spidol, kapur, dan lain-lain);
f.      Museum (tempat penyimpanan benda-benda kuno).
Drs. Sudirman N, dkk. (1991; 203) mengemukakan macam-macam sumber belajar sebagai berikut:
a.       Manusia (people)
b.      Bahan (materials)
c.       Lingkungan (setting)
d.      Alat dan perlengkapan (tool and equipment);
e.       Aktivitas (activities);
1)      Pengajaran berprogram,
2)      Simulasi,
3)      Karyawisata,
4)      System pengajaran modul.
Aktivitas sebagai sumber belajar biasanya meliputi:
    Tujuan khusus yang harus dicapai oleh siswa;
    Materi (bahan pelajaran) yang harus dipelajari;
    Aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.
Drs. Udin Saripuddin winataputra, M.A dan Drs. Rustana Ardiwinata (1991; 165) berpendapat bahwa terdapat sekurang-kurangnya w:st="on"lima macam sumber belajar, yaitu:
a.        Manusia;
b.        Buku/perpustakaan;
c.        Media w:st="on"massa;
d.        Alam lingkungan:
1)      Alam lingkungan terbuka;
2)      Alam lingkungan sejarah atau peninggalan sejarah;
3)      Alam lingkungan manusia.
e.       Media pendidikan.

7.      Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu evaluation. Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Berbeda dengan pendapat, Ny. Dr. roestuyah, N.K. (1989; 85) mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapbilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.
Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, yaitu :
a.      Tujuan umum dari evaluasi adalah :
1)      Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan;
2)      Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas /pengalaman yang di dapat;
3)      Menilai metode mengajar yang dipergunakan.
b.      Tujuan khusus dari evaluasi adalah :
1)      Merangsang kegiatan siswa;
2)      Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan;
3)      Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan;
4)      Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan;
5)      Untuk memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode mengajar. (Abu Ahmadi dan Widodo Su Priyono, 1991; 189)
Ketika evaluasi memberi manfaat bagi guru dan siswa, maka evaluasi mempunyai fungsi sebagai berikut:
a.        Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar, serta mengadakan perbaikan program bagi murid,
b.        Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap murid,
c.        Untuk menentukan murid di dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh murid,
d.        Untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, yang digunakan sebagai dasar untuk memecahkan kesulitan-kesulitan belajar yang timbul.  (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991; 189)




BAB III
PENUTUP

3.1.    Kesimpulan
Akhirnya, bila hakikat belajar adalah “perubahan”, maka hakikat belajar mengajar adalah proses “pengaturan” yang dilakukan oleh guru. Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari cirri-ciri tertentu untuk mencapai hasil yang telah ditentukan.
Sebagai suatu system tentu saja kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen sebagai berikut: tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat, sumber pelajaran, dan evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.
Bahri Djamarah, Syaiful. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

strategi pemb, STRATEGI BELAJAR MENGAJAR BERDASARKAN KONSEP ISLAMI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Tujuan pendidikan Islam adalah terciptanya insane kamil. Menurut Muhaimin bahwa insan kamil adalah manusia yang mempunyai wajah Qur’ani, tercapainya insan yang memiliki dimensi religius, budaya dan ilmiah.
Untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut dalam pendidikan Islam, pendidik yang mempunyai tanggung jawab mengantarkan manusia kea rah tujuan tersebut. Jusru itu keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan sangat krusial, sebab kewajibannya tidak hanya mentransformasikan pengetahuan (knowledge) tetapi juga dituntut menginternalisasikan nilai-nilai (value/qimah) pada peserta didik. Bentuk nilai yang di internalisasikan paling tidak meliputi: nilai etis, nilai pragmatis, nilai efek sensorik dan nilai religius.
Secara factual, pelaksanaan internalisasi nilai dan transformasi pengetahuan pada peserta didik secara integral merupakan tugas yang cukup berat di tengah kehidupan masyarakat yang kompleks apalagi pada era globalisasi dan informasi.
Hal ini disebabkan karena profesi pendidikdari segi materi kurang menguntungkan, karena sebagian masyarakat dalam era globalisasi ini dipengaruhi paham materialisme yang menyebabkan mereka bersifat materialistik.
Berbeda dengan gambaran tentang pendidik pada umumnya pendidik Islam, adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dalam mengembangkan potensinya, dan dalam pencapaian tujuan pendidikan baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

1.2.    Rumusan Masalah
a.    Apa yang dimaksud dasar pendidikan yang islami?
b.    Kenapa pendidikan harus mempunyai tujuan dan fungsi?
c.    Apa saja tanggung jawab seorang pendidik menurut islam?
d.    Syarat dan kode etik yang seperti apa yang menurut islami?
e.    Apa pengertian strategi belajar mengajar?

1.3.    Batasan Pembahasan
a.    Untuk mengetahui dasar pendidikan yang islami
b.    Untuk mengetahui tujuan dan fungsi pendidikan
c.    Untuk mengetahui kedudukan dan tanggung jawab seorang pendidik
d.    Untuk mengetahui syarat dan kode etik menurut syariat islam
e.    Untuk menetahui pengertian strategi belajar mengajar



BAB II
PEMBAHASAN
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR BERDASARKAN KONSEP ISLAMI

2.1.    Dasar Pendidikan yang Islami
Tauhid merupakan hal yang amat fundamental terhadap segala aspek kehidupan para penganut agama Islam, tak terkecuali pada aspek pendidikan. Dalam kaitan ini seluruh pakar sependapat bahwa dasar pendidikan Islam adalah Tauhid. Melalui dasar tauhid ini, H. M. Quraish Shihab (1996) merumuskan hal-hal sebagai berikut:
Pertama, kesatuan kehidupan. Bagi manusia ini berarti bahwa kehidupan duniawi menyatu dengan kehidupan ukhrawinya. Sukses atau kegagalan duniawi menyatu dengan kehidupan ukhrawinya. Sukses atau kegagalan ukhrawi ditentukan oleh amal duniawinya.
Kedua, kesatuan ilmu. Tidak ada pemisahan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum, karena semuanya bersumber ari satu sumber, yaitu Allah SWT.
Ketiga, kesatuan iman dan rasio. Karena masing-masing dibutukan dan masing-masing mempunyai wilayahnya sehingga harus saling melengkapi.
Keempat kesatuan agama. Agama yang dibawa oleh para Nabi kesemuanya bersumber dari Allah SWT, prinsip-prinsip pokoknya menyangkut akidah, syari’ah dan akhlak tetap sama dari zaman dahulu sampai sekarang.
Kelima, kesatuan individu dan masyarakat. Masing-masing harus saling menunjang.

2.2.    Fungsi dan Tujuan Pendidikan yang Islami
H. Abuddin Nata (2001) menjelaskan bahwa fungsi pendidikan yang Islami adalah sebagai penyiapan kader-kader khalifah dalam rangka membangun kerajaan dunia yang makmur, dinamis, harmonis dan lestari sebagaimana disyaratkan oleh Allah. Dengan demikian pendidikan islam mestinya adalah pendidikan yang paling ideal, karena kita hanya berwawasan kehidupan secara utuh dan multi dimensional. Tidak hanya berorientasi untuk membuat dunia menjadi sejahtera dan gegap gempita, tetapi juga mengajarkan bahwa dunia sebagai ladang, sekaligus sebagai ujian untuk dapat lebih baik di akhirat.
Dengan demikian, pendidikan yang Islami mengemban misi melahirkan manusia yang tidak hanya memanfaatkan persediaan alam, tetapi juga manusia yang mau bersyukur kepada yang membuat manusia dan alam, memperlakukan manusia sebagai khalifah dan memperlakukan alam tidak hanya sebagai obyek penderita semata, tetapi juga sebagai komponen integral dari sitem kehidupan. Pendidikan yang Islami, tidak lain adalah upaya mengefektifkan aplikasi nilai-nilai agama yang dapat menimbulkan transformasi nilai dan pengetahuan secara utuh kepada manusia, masyarakat dan dunia pada umumnya.
2.3.    Kedudukan Dan Tanggung Jawab Pendidik/Guru Dalam Agama Islam
Pendidik dalam ajaran agama Islam kedudukannya sangat dihargai.Sabda Rasulullah SAW: “Tinta para ulama lebih tinggi nilainya dari pada darah para syuhada.” (H.R. Abu Daud & Tirmidzi).
Sabda Rasul tersebut menggambarkan tingginya kedudukan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan (pendidik). Hal ini beralasan bahwa dengan pengetahuan dapat mengantarkan manusia untuk selalu berpikir dan menganalisa hakikat semua fenomena yang ada pada alam, sehingga mampu membawa manusia semakin dekat dengan Allah. Dengan kemampuan yang ada pada manusia maka diharapkan dapat terlahir teori-teori yang menyokong pada kemashlahatan manusia.
Untuk melaksanakan tugas sebagai pewaris para Nabi, pendidik hendaklah bertolak pada kaidah amar makruf wa nahyu anil munkar, yakni menjadi prinsi tauhid sebagai pusat kegiatan penyebaran misi Iman, Islam dan Ihsan. Kekuatan yang dikembangkan oleh pendidik sendiri adalah individualitas, sosial dan moral (nilai-nilai agama dan moral).
Dengan demikian, maka tanggung jawab pendidik sebagaimana disebutkan oleh Abd al-Rhaman al-Nahlawi adalah, mendidik individu supaya beriman kepada Allah dan melaksanakan syari’at-Nya, mendidik supaya beramal saleh dan mendidik masyarakat untuk saling menasehati dalam melaksanakan kebenaran, saling menasehati agar tabah dalam mengahadapi kesusahan, beribadah kepada Allah serta menegakkan kebenaran.
Jadi, di dalam Islam kedudukan guru adalah amat tinggi. Guru merupakan pembimbing dan penasehat umat. Jika tidak ada guru, maka manusia akan menjadi hewan lantara tidak ada pengajaran dan bimbingan. Siapa yang memuliakan guru berarti ia secara tidak langsung telah memuliakan Rasul, siapa yang memuliakan Rasul berarti memuliakan Allah, dan siapa yang memuliakan Allah syurgalah tempat kediamanya. Sebaliknya jika seseorang mendurhakai guru berarti ia mendurhakai Rasul. Barang siapa yang mendurhakai Rasul berarti ia memurkai Allah. Siapa yang memurkai Allah maka nerakalah tempatnya. Oleh karena itu peserta didik mestilah memelihara adab yang baik bersama guru.
Adab yang baik tersebut antara lain :
1.    Memberi salam dan senantiasa hormat kepada guru;
2.    Duduk dengan sopan dan senantiasa dalam keadaan tenang;
3.    Jika ingin bertanya minta izin terlebih dahulu;
4.    Cari waktu yang tepat untuk bertanya;
5.    Jangan menyinggung perasaan guru;
6.    Memberi bantuan kepada guru apa yang dapat dibantu;
7.    Lakukan apa yang paling disenangi oleh guru selama itu baik dan benar;
8.    Berkata dengan baik dengan guru, dengan menggunakan bahasa yang baik dan sopan;
9.    Tidak meninggika suara ketika berbicara dengan guru.

2.4.    Kode Etik Pendidik Dalam Pendidikan Islam
Sebenarnya banyak sekali kode etik pendidik yang dikemukakan oleh pakar pendidikan Islam baik pakar pendidikan Islam di dunia Islam maupun di Indonesia. Dari sekian banyak pendapat tersebut penulis mengemukakan kode etik yang paling lengkap yang pernag disusun oleh para pakar pendidikan Islam, yaitu seperti yang dikemukakan oleh Al Kanani.
Al-Kanani (w. 733 H) mengemukakan persyaratan seorang pendidik atas tiga macam yaitu (1) yang berkenaan dengan dirinya sendiri, (2) yang berkenaan dengan pelajaran, (3) yang berkenaan dengan muridnya.
Pertama, syarat-syarat guru berhubungan dengan dirinya, yaitu:
1.    Hendaknya guru senantiasa insyaf akan pengawasan Allah trhadapnya dalam segala perkataan dan perbuatan bahwa ia memegang amanah ilmiah yang diberikan Allah kepadanya. Karenanya, ia tidak mengkhianati amanah itu, malah ioa tunduk dan merendahkan diri kepada Allah SWT.
2.    Hendaknya guru memelihara kemuliaan ilmu. Salah satu bentuk pemeliharaanya adalah tidak mengajarkannya kepada orang yang tidak berhak menerimanya, yaitu orang-orang yang menuntut ilmu hanya untuk kepentingan dunia semata.
3.    Hendaknya guru bersifat zuhud. Artinya ia mengambil rizki dunia hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan pokok diri dan keluarganya secara sederhana. Ia hendaknya tidak tamak terhadap kesenangan dunia, sebab sebagai orang yang berilmu, ia lebih tahu ketimbang orang awam bahwa kesenangan itu tidak abadi.
4.    Hendaknya guru tidak berorientasi duniawi dengan menjadikan ilmunya sebagai alat untuk mencapai kedudukan, harta, prestise, atau kebanggaan atas orang lain.
5.    Hendaknya guru menjauhi mata pencaharian yang hina dalam pandangan syara’ dan menjauhi situasi yang bisa mendatangkan fitnah dan tidak melakukan sesuatu yang dapat menjatuhkan harga dirinyadi mata orangbanyak. Sebagaimana firman Allah SWT.
                
artinya: “Hai norang-orang yang beriman makanlah diantara rizki yang halal lagi baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Alllah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah”. (Q.S. Al-Baqarah:172)
6.    Hendaknya guru memelihara syiar-syiar Islam, seperti melaksanakan shalat berjamaah di masjid, mengucapkan salam, serta menjalankan amar ma’ruf dan nahi munkar. Dalam melakukan semua itu hendaknya ia bersabardan tegar dalam menghadapi celaan dan cobaan.
7.    Guru hendaknya rajin melakukan hal-hal yang disunahkanoleh agama, baik dengan lisan maupun perbuatan, seperti membaca Al-Quran, berdzikir, dan shalat tengah malam. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT.
   •     •          
artinya: “Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapus (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (Q.S. Hud: 114)
8.    Guru hendaknya memelihara akhlak yang mulia dalam pergaulannya dengan orang banyak dan menghindarkan diri dari akhlak yang buruk. Sebagai pewaris Rasululllah SAW sudah sepantasnya seorang pendidik untuk memperlihatkan akhlak yang terpuji, sebagaimana peran yang dimainkan oleh Rasulullah SAW dalam menghadapi umatnya (sebagai teladan atau panutan).
9.    Guru hendaknya selalu mengisi waktu-waktu luangnya dengan hal-hal yang bermanfaat, seperti beribadah, membaca dan mengarang. Ini berarti bahwa seorang pendidik harus selalu pandai memanfaatkan segala kondisi sehingga hari-harinya tidak ada yang terbuang.
10.    Guru hendaknya selalu belajar dan tidak merasa malu untuk menerima ilmu dari orang yang lebih rendah daripadanya, baik secara kedudukan maupun usianya.
11.    Guru hendaknya rajin meneliti, menyusun, dan mengarang dengan memperhatikan keterampilan dah keahlian yang dibutuhkan untuk itu.
Kedua, syarat-syarat yang berhubungan dengan pelajaran (paedagogis-didiktis), yaitu:
1.    Sebelum keluar dari rumah untuk mengajar, hendaknya guru bersuci dari najis dan kotoranserta mengenakan pakaian yang baik dengan maksudmengagungkan ilmu dan syariat.
2.    Ketika keluar dari rumah, hendaknya guru selalu berdo’a agar tidak sesat dan menyesatkan, dan terus berdzikir kepada Allah SWT. Hingga sampai ke majlis pengajaran. Ini menegaskan bahwa sebelum mengajarkan ilmunya, seorang guru sepantasnya untuk menyucikan hati dan niatnya.
3.    Hendaknya guru mengambil tempat pada posisi yang membuatnya dapat terlihat oleh semua murid.
4.    Sebelum mulai mengajar, hendaknya guru membaca sebagian dari ayat Al-Quran agar memperoleh berkah dalam mengajar, kemudian membaca basmalah.
5.    Guru hendaknya mengajarkan bidang studi sesuai hierarki nilai kemuliaan dan kepentingannya yaitu tafsir Al-Quran, kemudian hadits, ushuludin, ushul fiqih dan seterusnya. Barangkali untuk seorang guru pemegang mata pelajaran umum, hendaklah selalu mendasarkan materi pelajarannya dengan Al-Quran dan hadits Nabi, dan kalau perlu mencoba untuk meninjaunya dari kaca mata Islam.
6.    Hendaknya guru selalu mengatur volume suaranya agar tidak terlalu keras, hingga membisingkan ruangan, tidak pula terlalu rendah hingga tidak terdengar oleh siswa.
7.    Hendaknya guru menjaga ketertiban majelis dengan mengarahkan pembahasan pada objek tertentu. Artinya dalam memberikan materi pelajaran, seorang guru memperhatikan tata cara penyampaian yang baik (sistematis), sehingga apa yang disampaikan akan mudah dicerna oleh siswa.
8.    Guru hendaknya menegur murig-murid yang tidak menjaga sopan santun dalam kelas, seperti menghina teman, tertawa keras, tidur, berbicara dengan teman atau tidak menerima kebenaran.
9.    Guu hendaknya bersikap bijak mdalam melakukan pembahasan, menyampaikan pelajaran, dan menjawab pertanyaan. Apabila ia ditanya tentang sesuatu yang ia tidak tahu, hendaklah ia mengatakan bahwa ia tidak tahu. Hal ini menegaskan bahwa seorang guru tidak boleh bersikap pura-pura tahu.
10.    Terhadap murid baru, hendaknya gurubersikap wajar dan menciptakan suasana yang membuatnya merasa telah menjadi bagian dari kesatuan teman-temannya.
11.    Guru hendaknya menutup setiap akhir belajar mengajar dengan kata-kata wallahu a’lam (Allah Maha Tahu) yang menunjukkan keikhlasan kepada Allah SWT.
12.    Guru hendaknya tidak mengasuh bidang studi yang tidak dikuasainya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pelecehan ilmiah dan sebaliknya akan terjadi hal yang sifatnya untuk memuliakan ilmu dalam proses belajar mengajar.
Ketiga, kode etik guru di tenga-tengah para muridnya, antara lain:
1.    Guru hendaknya mengajar dengan niat mengharapkan ridha Allah SWT, menyebarkan ilmu, menghidupkan syara’, menegakkan kebenaran, dan melenyapkan kebatilan serta memelihara kemaslahatan umat.
2.    Guru hendaknya tidak menolak untuk mengajar murid yang tidak mempunyai niat tulus dalam belajar.
3.    Guru hendaknya mencintai muridnya seperti ia mencintai dirinya sendiri. Artinya, seorang guru hendaknya menganggap bahwa muridnya itu adalah merupakan bagian dari dirinya sendiri.
4.    Guru hendaknya memotivasi murid untuk menuntut ilmu seluas mungkin.
5.    Guru hendaknya menyampaikan pelajaran dengan bahasa yang mudah dan berusaha agar muridnya dapat memahami pelajaran.
6.    Guru hendaknya mengadakan evaluasi terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya. Hal ini dimaksudkan agar guru selalu memperhatikan tingkat pemahan siswanya dan pertambahan keilmuan yang diperolehnya.
7.    Guru hendaknya bersikap adil terhadap semua muridnya.
8.    Guru hendaknya berusaha membantumembantu kemaslahatan murid, baik dengan kedudukan maupun hartanya.
9.    Guru hendaknya terus memantau perkembangan murid, baik intelektual maupun akhlaknya. Murid yang sholeh akan menjadi “tabungan” bagi guru, baik di dunia maupun di akhirat.

2.5.    Pengertian Strategi Belajar Mengajar
Di dalam sejarah dunia pendidikan guru merupakan sosok figur teladan bagi siswa/i yang harus memiliki strategi dan teknik-teknik dalam mengajar. Kegiatan belajar mengajar sebagai sistem intruksional merupakan interaksi antara siswa dengan komponen-komponen lainnya, dan guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran agar lebih aktif dan efektif secara optimal. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya di sebut metode mengajar. Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau insturktur kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran itu dapat ditangkap, dipahami dan digunakan siswa dengan baik. Di dalam kenyatan cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi atau message lisan kepada siswa, berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap. Maka, yang disebut dengan strategi belajar mengajar ialah memikirkan dan mengupayakan konsistansi aspek-aspek komponen pembentuk kegiatan sistem intruksional dengan siasat tertentu. Strategi Belajar Mengajar adalah pola-pola umum kegiatan guru – anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan mempelajari Strategi Belajar Mengajar berarti setiap guru  mulai memasuki suatu kegiatan yg bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dgn ank didik. Interaksi yg bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dgn memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan pembelajaran.
Sehingga bahan pelajaran yg disampaikan guru dapat difahami dan diaplikasikan siswa dengan tuntas.














BAB III
PENUTUP

3.1.    Kesimpulan
Dalam rangka melaksanakan tugas sebagai pewaris para nabi (waratsatul Anbiya’), para pendidik hendaklah bertolak pada amar ma’ruf dan nahi munkar dalam artian menjadikan prinsip tauhid sebagai pusat penyebaran misi iman, Islam dan ihsan, dan kekuatan rohani pokok yang dikembangkan oleh pendidikadalah individualitas, sosialitas dan moralitas (nilai-nilai agama dan moral).
Peran dan fungsi yang cukup berat untuk diemban ini tentu saja membutuhkan sosok seorang guru atau pendidikan yang utuh dan tahu dengan kewajiban dan tanggungjawab sebagai seorang pendidik. Pendidik itu harus mengenal Allah SWT dalam arti yang luas, dan Rasul, serta memahami risalah yang dibawanya.








DAFTAR PUSTAKA


Anwar. Tambunan. 2003. Belajar dan Pembelajaran. FKIP UHN, Pematangsiantar.
N. K. Roestiyah. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta.
Janwar. Tambunan. 2004. Profesi Keguruan. FKIP UHN,  Pematangsiantar.
Prof. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobbry Sutikno, M.Pd, 2007, Strategi Belajar Mengajar - Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, Bandung : PT. Refika Aditama