PBAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Siapapun tidak akan pernah menyangkal bahwa kegiatan belajar mengajar tidak berproses dalam kehampaan, tetapi dengan penuh makna. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Di sini tentu saja tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak didik. Dalam hal tersebut semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apakah hakikat belajar mengajar itu?
b. Apa saja cirri-ciri belajar mengajar?
c. Apa saja komponen belajar mengajar?
1.3. Batasan Pembahasan
a. Menjelaskan tentang hakikat belajar mengajar.
b. Menjelaskan tentang ciri-ciri belajar mengajar.
c. Menjelaskan tentang komponen belajar mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT CIRI DAN KOMPONEN BELAJAR MENGAJAR
2.1. Hakikat Belajar Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam belajar.
Kegiatan mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya sejumlah anak didik. Berbeda dengan belajar. Belajar tidak selamanya memerlukan kehadiran seorang guru. Cukup banyak aktifitas yang dilakukan oleh seseorang di luar dari keterlibatan guru. Mengajar merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan keterlibatan individu anak didik. Bila tidak ada anak didik atau objek didik, siapa yang diajar.
Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Guru dituntut untuk mengatur strategi pengajarannya terhadap berbagai macam gaya-gaya anak didik. Akhirnya, bila hakikat belajar adalah “perubahan”, maka hakikat belajar mengajar adalah proses “pengaturan” yang dilakukan oleh guru.
2.2. CIRI-CIRI BELAJAR MENGAJAR
Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari cirri-ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi sebagai berikut:
1. Belajar mengajar memiliki tujuan,yaitu untuk mmbentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu.
2. Ada suatu prosedur yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu pengggarapan materi yang khusus.
4. Ditandai dengan aktivitas anak didik. Anak didik merupakan syarat mutlak berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
5. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing yaitu guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif.
6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin, yaitu sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar.
7. Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam system berkelas.
8. Evaluasi. Evaluasi harus dilakukan setelah guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar, untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
2.3. KOMPONEN-KOMPONEN BELAJAR MENGAJAR
Sebagai suatu system tentu saja kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen sebagai berikut:
1. Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dalam kegiatannya. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normative, yaitu dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik.
Tujuan adalah komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya, seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber dan alat evaluasi. Suatu tujuan pengajaran mengatakan suatu hasil yang kita harapkan dari pengajaran itu dan bukan sekadar suatu proses dari pengajaran itu sendiri.
Jadi, guru tidak dapat mengabaikan perumusan tujuan bila ingin memprogramkan pengajaran.
2. Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan mengajar proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikannya pada anak didik.
Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. Bahan pelajaran menurut Suharsimi Arinkunto (1990) merupakan unsur inti yang ada didalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik. Selain itu, bahan ajaran itu harus sesuai dengan kebutuhan anak didik. Hal itu akan memotivasi anak didik dalam jangka waktu tertentu.
Dengan demikian, bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pengajaran, sebab bahan adalah inti dalam proses belajar mengajar yang akan disampaikan kepada anak didik.
3. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu anak didiklah yang lebih aktif bukan guru. Guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator.
Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar yang bagaimana pun, juga ditentukan dari baik atau tidaknya program pengajaran yang telah dilakukan dan akan berpengaruh terhadap tujuan yang akan dicapai.
4. Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Dalam belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak didik.
Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed, mengemukakan lima macam factor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai berikut:
a. Tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya.
b. Anak didik yang berbagai tingkat kematangannya.
c. Situasi yang berbagai-bagai keadaannya.
d. Fasilitas yang berbagao-bagai kualitas dan kuantitasnya.
e. Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
5. Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi , yaitu alat sebagai perlengkapan, alat sebagai membantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan.
Sebagai alat Bantu dalam pendidikan dan pengajaran, alat material (audiovisual) mempunyai sifat sebagai berikut:
a. Kemampuan untuk meningkatkan persepsi.
b. Kemampuan untuk meningkatkan pengertian.
c. Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar.
d. Kemampuan untuk memberikan penguatan atau pengetahuan hasil yang dicapai.
e. Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan).
6. Sumber Pelajaran
Belajar mengajar telah diketahui, bukanlah berproses dalam kehampaan, tetapi berproses dalam kemaknaan, didalamnya ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber guna dipakai dalam proses belajar mengajar. Jadi, dari berbagai sumberlah bahan pelajaran itu diambil.
Yang dimaksud dengan sumber-sumber bahan dan belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang. Jadi, sumber belajar itu merupakan bahan/materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar.
Untuk mendapatkan gambaran apa-apa saja yang termasuk kategori sumber-sumber belajar, berikut dikemukakan pendapat-pendapat:
Ny. Dr. Roestiyah. N.K. (1989; 53) mengatakan bahwa sumber belajar itu adalah:
a. Manusia (dalam keluarga, sekolah dan masyarakat);
b. Buku/perpustakaan;
c. Mass media (majalah, w:st="on"surat kabar, radio, tv dan lain-lain);
d. Dalam lingkungan;
e. Alat pelajaran (buku pelajaran, peta, gambar, kaset, papan tulis, spidol, kapur, dan lain-lain);
f. Museum (tempat penyimpanan benda-benda kuno).
Drs. Sudirman N, dkk. (1991; 203) mengemukakan macam-macam sumber belajar sebagai berikut:
a. Manusia (people)
b. Bahan (materials)
c. Lingkungan (setting)
d. Alat dan perlengkapan (tool and equipment);
e. Aktivitas (activities);
1) Pengajaran berprogram,
2) Simulasi,
3) Karyawisata,
4) System pengajaran modul.
Aktivitas sebagai sumber belajar biasanya meliputi:
Tujuan khusus yang harus dicapai oleh siswa;
Materi (bahan pelajaran) yang harus dipelajari;
Aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.
Drs. Udin Saripuddin winataputra, M.A dan Drs. Rustana Ardiwinata (1991; 165) berpendapat bahwa terdapat sekurang-kurangnya w:st="on"lima macam sumber belajar, yaitu:
a. Manusia;
b. Buku/perpustakaan;
c. Media w:st="on"massa;
d. Alam lingkungan:
1) Alam lingkungan terbuka;
2) Alam lingkungan sejarah atau peninggalan sejarah;
3) Alam lingkungan manusia.
e. Media pendidikan.
7. Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu evaluation. Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Berbeda dengan pendapat, Ny. Dr. roestuyah, N.K. (1989; 85) mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapbilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.
Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, yaitu :
a. Tujuan umum dari evaluasi adalah :
1) Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan;
2) Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas /pengalaman yang di dapat;
3) Menilai metode mengajar yang dipergunakan.
b. Tujuan khusus dari evaluasi adalah :
1) Merangsang kegiatan siswa;
2) Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan;
3) Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan;
4) Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan;
5) Untuk memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode mengajar. (Abu Ahmadi dan Widodo Su Priyono, 1991; 189)
Ketika evaluasi memberi manfaat bagi guru dan siswa, maka evaluasi mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar, serta mengadakan perbaikan program bagi murid,
b. Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap murid,
c. Untuk menentukan murid di dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh murid,
d. Untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, yang digunakan sebagai dasar untuk memecahkan kesulitan-kesulitan belajar yang timbul. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991; 189)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Akhirnya, bila hakikat belajar adalah “perubahan”, maka hakikat belajar mengajar adalah proses “pengaturan” yang dilakukan oleh guru. Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari cirri-ciri tertentu untuk mencapai hasil yang telah ditentukan.
Sebagai suatu system tentu saja kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen sebagai berikut: tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat, sumber pelajaran, dan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.
Bahri Djamarah, Syaiful. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar