DOKUMEN MANBA'UL ULUM

DOKUMEN MANBA'UL ULUM
sejarah pengarsipan

Selasa, 22 Mei 2012

filsafat pend. kemampuan belajar manusia

BAB I
PENDAHULUAN


1.1.    Latar Belakang
Kemampuan belajar manusia sangat berkaitan dengan kemampuan manusia untuk mengetahui dan mengenal objek-objek pengamatan melalui pancaindranya. Karena filsafat ini menunjukkan kepada kita betapa dan sejauh mana manusia dapat mengetahui atau mengenal objek-objek pengamatan disekitarnya. Apa pengetahuan itu, cara mengetahui dan memperoleh pengetahuan, serta berbagai jenis pengalaman indrawi.
Pengetahuan manusia terbentuk karena adanya realita sebagai objek pengamatan indra. Pembatasan filsafat dalam berbagai aliran adalah pertanyaan adalah realita itu merupakan suatu keberanian hakiki atau hanya refleksi dari kebenaran tersebut.
Filsafat yang beraliran idealisme memandang bahwa realita itu bukan hakikat kebenaran yang ditangkap oleh panca indra manusia. Ia hanyalah merupakan gambaran (refleksi) dari kebenaran yang hakiki yang berada didalam alam “ide”. Realita yang berupa benda yang ada dialam nyataini adalah totalitas (keseluruhan) yang tersusun secara logis dan bersifat spiritual. Raelita yang di tangkap seperti indra manusia telah ditemukan sebelumnya dalam alam “ide” itu. Dari latar belakang tersebut, maka penulis mengambil judul “ Kemampuan Belajar Manusia”.
1.2.    Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.    Seperti apa kemampuan belajar manusia?

1.3.    Batasan Pembahasan
Dari rumusan masalah diatas, maka penulis membatasi pembahasan sebagai berikut:
1.    Mambahas tentang kemampuan belajar manusia.















BAB II
PEMBAHASAN


2.1.    Kemampuan Belajar Manusia
Pengertian tentang realita (kebenaran sejati) di alam ini, menurut idealisme pada abad pertengahan dan abad selanjutnya, adalah sebagai suatu kekuatan yang memiliki corak dan sifat yang kongruen (sesuai) dengan jiwa. Jadi, “jiwa” dipandang sebagai realita, karena menurut idealisme jiwa diberi arti sebagai berikut:
a.    Suatu kekuatan yang ada didalam diri manusia yang mampu mendorong timbulnya kebudayaan serta dapat meresapinya. Jadi, jiwa dapat melahirkan dirinya dalam bentuk-bentuk kebudayaan.
b.    Dengan demikian, jiwa juga diartikan sebagai sesuatu kekuatan yang dapat diobjektifkan (dinyatakan) dalam bentuk kebudayaan itu. Dengan kata lain kebudayaan adalah jiwa yang diobjektifkan yang akhirnya meluas pengaruhnya kepada pembentukan jiwa bangsa.
Dengan demikian, jelaslah prinsip yang di pegang oleh idealisme dari zaman ke zaman adalah faktor kejiwaan lebih diutamakan dari pada faktor kebendaan atau kejasmanian. Karena jiwa merupakan sumber sebab timbulnya realita yang dapat diamati panca indra.
Paham filsafat idealisme pada abad ke 20 ini berpengaruh besar dikalangan ahli pikir jerman, sehingga bermunculah beberapa aliran idealisme yang mempunyai corak khusus, yaitu sebagai berikut:
1.    Idealisme subyektif yang menyatakan bahwa individu manuisia itulah yang menjadi produsen (penghasil) kenyataan. Roh manusialah yang menentukan proses kenyataan itu. Tokohnya antara lain berkely.
2.    Idealisme obyektif yang beranggapan bahwa roh manusia hanyalah merupakan bagian dari (roh umum)yang menggerakkan kenyataan alam ini.
3.    Idealisme rasionalis yang beranggapan bahwa jiwa adalah akal pikiran manusia. Tokohnya antara lain hegel.
4.    Idealisme yang etis yang beranggapan bahwa jiwa adalah akal yang praktis, akal teoristis, dan yang etis. Tokohnya antara lain imanuel kant.
5.    Idealisme yang esthetis yangmenyatakan bahwa kenyataan ini adalah sebagai hasil dari seni dalam arti sepenuhnya. Tokohnya adalah wilhelm von humbolt.
6.    Idealisme religius yang dalam pandangannya tentang kenyataan ini didasarkan tentang ajaran agama seperti islam, yahudi dan kristen. Sedang manusia itu sendiri adalah makhluknya yang terbentuk dari rohaniyah dan keyakinan jasmaniyah untuk melaksanakan tugas hidupnya sebagai hamba allah.
Panca indra manusia adalah pintu gerbang dari pengetahuan yang makin berkembang. Oleh karenanya, tuhan mewajibkan panca indra manusia untk digunakan menggali pengetahuan.
        •           
Artinya : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.(QS. Al-Isra’ : 36)
....              
Artinya : Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.(QS. Al- Fatir : 28)
Dan penegasan firman allah membedakan antara orang yang mengetahui ornag yang tidak mengetahui:
                 •                
Artinya : Katakanlah: aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?"(QS. Al-An’am : 50)
.....          ....
Artinya : ... Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?".... (QS. Az-Zumar : 9)
Allah mendorong manusia supaya melakukan studi yang mendalam dan luas dengan mengfungsikan alat inderanya tentang kejadian alam semesta ini, karena dalam alam semesta inilah terletak hakikat kebenaran, misalnya ayat berikut :
        ....
Artinya :  Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS. Al-‘Ankabut : 20)
      ....
Artinya :  Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. (QS. Yunus : 101)
Ayat yang bersifat motifatif dan persuasif kepada manusia untuk menggunakan kemampuan kejiwaan dan panca indranya dalam menggali ilmu pengetahuan tidak kurang dari 300 kali disebut didalam al-qur’an.
Islam lebih cenderung untuk menegaskan perpaduan antara kemampuan kejiwaan dan kenyataan materi sebagai realita merupakan sumbernya proses “mengetahui” manusia yang keduanya merupakan “kebenaran” menurut ukuran proses hidup manusiawi dan bukan ilahi. Kebenaran yang hakiki hanyalah tuhan sendiri dan kebenaran hakiki inilah yang menciptakan segala kenyataan alami dan manusiawi dengan diberi mekanisme hukum-hukumnya sendiri.
Bila dikatakan dengan pandangan filosofis, tentang problem kependidikan yang berusaha membahas tentang hakikat dan problem tersebut melalui pemikiran yang sistematis, total, radikal serta universal, maka paham idealisme dan realisme tersebut mendasari pandangan tentang kemungkinan perkembangan manusia dalam pendidikan, yaitu bahwa manusia di satu pihak, dengan bakat atau kemampuan dasarnya yang dibawa sejak lahir mempunyai sifat yang determinis terhadap pengaruh pendidikan pada khususnya dan pengaruh lingkungan pada umumnya.
Dalam pandangan al-qur’an  jelas ditunjukkan masalah ini dengan firman allah :
         ••             ••     
Artinya :  Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Ar-Rum : 30)
\naturalisme yaitu suatu aliran yang menganggap bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah alam semesta yang lahiriyah ini. Tidak ada alam lain dibalik alam nyata ini, tidak ada yang spiritual atau yang supra natural. Jiwa manusia mempunyai kecenderungan untuk menjadi hakikat dari elemen materi, sehingga jiwa materi tidak berperan dalam hidup manusia.
Sedanhkan menurut konsepsi islam mengajarkan kepada kita agar kita tidak menyerah kepada pengaruh lingkungan alam dimana kita hidup dan berkembang. Sebaiknya, pengaruh lingkungan alam tetap ada terhadap kehidupan manusia, namun hanya pada batas tertentu yang tidak melampaui garis martabat dan hakikat manusia sebagai hamba allah yang tunduk kepadanya.
Pandangan islam tersebut diatas dapat disimpulkan dalam belbagai dalil nakli tersebut.
  •         •        
Artinya : Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (QS. Al-Jaatsiyah : 13)

                       
Artinya : Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (QS. An-Nahl : 14)
Ayat-ayat lain juga berisi dorongan tuhan kepada hambanya untuk memanfaatkan dan mengeksploitasi serta mengolah kekuatan alam sekitar, baik darat, laut maupun udara beserta isi yang terkandung didalam bagi kepentingan hidupnya. Pemanfaatan ini dengan menggunakan kekuatan akal pikiran serta kecerdasan yang didasari nilai-nilai keimanan. Jelas islam dengan konsepsi kependidikannya berusaha mendidik manusia agar mampu mengembangkan kemampuan pengelolaan semaksimal mungkin terhadap alam sekitar, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidupnya didunia ini.
Tuhan akan memuji hambanya yang mampu memilih yang baik. Halini dapat di pahami dari firman allah sebagai berikut.
                         
Artinya : 7. Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), 8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. 9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, 10. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.(QS. Al-Syams : 7-10)
Dengan demikian, dapat kita ketahui pandangan dasar islam tentang kemungkinan manusia untuk memilih kemajuan hidupnya adalah terletak pada kemampuan belajarnya.
Allah memerintahkan umat manusia untuk mempelajari /menyelidiki gejala alam kehidupan ini (bukan perintah kepada binatang) oleh karenanya ia telah memberikan kemampuan mengetahui, mengenal dan kemampuan belajar dalam jiwa manusia, terutama melalui akal dan kecerdasannya. Terpadu dengan mengamati dengan indra, ingatan, kemaian/kehendak, nafsu dan ghodob, merasakan. Kemampuan-kemampuan itu bekerja secara mekanistis sesuai dengan hukum-hukum allah yang telah ditetapkan.
Pandangan ontologis (filsafat tentang realitas alam dan yang dibalik alam nyata) mengenai kejadian manusia dialam nyata ini. Menurut islam adalah bersumber pada kekuatan yang tunggal, yaitu allah yang menciptakannya. Realitas yang ditangkap oleh pengetahuan manusia sangat terbatas, tidak mampu menjangkau apa yang dirahasiakan tuhan sendiri seperti tentang roh dan zat allah sendiri.
Nilai-nilai dalam proses itu mengandung dalam prinsip yang tetap, karena bersifat mengarahkkan dan menuntun, bukan nilai yang berubah ubah yang berkecenderungan menyesuaikan diri dengan keadaan dan kondisi yang berbeda-beda.
Itulah sebenarnya islam yang tidak sejalan dengan pragmatisme, yang merupakan penjelmaan dari realisme modern saat ini dan banyak dianut oleh dunia barat yang ciri fundamentalnya adalah skularisme (nilai-nilai yang dipegang hanya yang sesuai dengan kultur masyarakat).
Jadi belajar dan mengajar harus berproses dalam sistem nilai-nilai, suatu sistem yang standarnya telah ditunjukkan oleh allah sebagai berikut:
....          ..,...
Artinya : ... Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. .... (QS. Al-Mujadalah : 11)















BAB III
PENUTUP


3.1. Kesimpulan
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Paham filsafat idealisme pada abad ke 20 ini berpengaruh besar dikalangan ahli pikir jerman, sehingga bermunculah beberapa aliran idealisme yang mempunyai corak khusus, yaitu sebagai berikut:
1.    Idealisme subyektif yang menyatakan bahwa individu manuisia itulah yang menjadi produsen (penghasil) kenyataan.
2.    Idealisme obyektif yang beranggapan bahwa roh manusia hanyalah merupakan bagian dari (roh umum)yang menggerakkan kenyataan alam ini.
3.    Idealisme rasionalis yang beranggapan bahwa jiwa adalah akal pikiran manusia.
4.    Idealisme yang etis yang beranggapan bahwa jiwa adalah akal yang praktis, akal teoristis, dan yang etis.
5.    Idealisme yang esthetis yangmenyatakan bahwa kenyataan ini adalah sebagai hasil dari seni dalam arti sepenuhnya.
6.    Idealisme religius yang dalam pandangannya tentang kenyataan ini didasarkan tentang ajaran agama seperti islam, yahudi dan kristen.

DAFTAR PUSTAKA



Al Rasyidin dan Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis Dan Praktis,  cet. Ke-2. Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005.                            
Ihsan, Hamdani dan Ihsan, Fuad. Filsafat Pendidikan Islam, cetakan III. Bandung: CV.Pustaka Setia, 2007.
Indar, Djumbransyah.  Filsafat Pendidikan Islam. Surabaya: Usaha Nasional, 1992.
Bernadib, imam, M.A., Ph. D. 1982. Filsafat Pendidikan (Pengantar Mengenai Sistem dan Metode) yayasan penerbit fakultas ilmu pendidikan (FIP), IKIP Yogyakarta.
Hitti, Philip, K. The Arab, a Short History (Terj. Usuludin Hatagalung dkk. Dunia Arab, Sejarah Ringkas), Cetakan Ke 3. Sumur Bandung.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar